Magetan (Antara) - Para petani di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terancam gagal panen akibat tanaman padinya rusak terkena abu vulkanik Gunung Kelud di Kediri yang meletus Kamis (13/2).
Kondisi tersebut dialami para petani di Desa Joketro, Kecamatan Parang, di mana tanaman padi siap panen milik petani banyak yang ambruk dan tertutup abu vulkanik.
"Sebagian besar rusak terkena abu Gunung Kelud. Kami cemas, sebab hal itu akan mengurangi hasil panen," kata petani Desa Joketro, Kemis kepada wartawan, Sabtu.
Menurut dia, rata-rata tanaman yang ambruk telah berusia 80 hari dan siap panen. Meski telah turun hujan, namun hanya sedikit yang berhasil diselamatkan.
Sebagian petani pasrah dan membiarkan tanaman padinya. Sementara, sebagian lainnya berupaya membersihkannya dari abu vulkanik dengan harapan masih bisa dipanen.
"Diperkirakan yang dapat dipanen hanya sepertiga dari biasanya. Kami benar-benar rugi akibat bencana alam ini, tapi mau bagaimana lagi," tuturnya.
Hal yang sama dialami oleh petani di Kelurahan Takeran, Kecamatan takeran, Magetan. Tanaman padi yang telah berbulir menjadi rusak dan patah karena tidak kuat menahan beban setelah terkena abu vulkanik Gunung Kelud.
"Selain batangnya patah, banyak tanaman padi yang ambruk. Sebagian petani ada yang berusaha membersihkannya, namun sebagian sudah pasrah," kata petani asal Takeran, Santo.
Gunung Kelud di Kediri mengalami erupsi atau meletus pada Kamis (13/2) malam sekitar pukul 22.50 WIB. Gunung Kelud meletus setelah beberapa jam sebelumnya dinaikkan statusnya dari Siaga (Level III), menjadi Awas (Level IV).
Dampak abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut, hampir merata dirasakan oleh para petani di 18 kecamatan di Kabupaten Magetan. Di antaranya di Kecamatan Karas, Nguntoronadi, Kawedanan, Takeran, dan Parang.
Abu vulkanik tersebut juga sempat mengganggu aktivitas warga di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hingga kini, sebagian masyarakat masih berupaya membersihkan sisa abu vulkanik tersebut yang memenuhi jalan, rumah, dan lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
Kondisi tersebut dialami para petani di Desa Joketro, Kecamatan Parang, di mana tanaman padi siap panen milik petani banyak yang ambruk dan tertutup abu vulkanik.
"Sebagian besar rusak terkena abu Gunung Kelud. Kami cemas, sebab hal itu akan mengurangi hasil panen," kata petani Desa Joketro, Kemis kepada wartawan, Sabtu.
Menurut dia, rata-rata tanaman yang ambruk telah berusia 80 hari dan siap panen. Meski telah turun hujan, namun hanya sedikit yang berhasil diselamatkan.
Sebagian petani pasrah dan membiarkan tanaman padinya. Sementara, sebagian lainnya berupaya membersihkannya dari abu vulkanik dengan harapan masih bisa dipanen.
"Diperkirakan yang dapat dipanen hanya sepertiga dari biasanya. Kami benar-benar rugi akibat bencana alam ini, tapi mau bagaimana lagi," tuturnya.
Hal yang sama dialami oleh petani di Kelurahan Takeran, Kecamatan takeran, Magetan. Tanaman padi yang telah berbulir menjadi rusak dan patah karena tidak kuat menahan beban setelah terkena abu vulkanik Gunung Kelud.
"Selain batangnya patah, banyak tanaman padi yang ambruk. Sebagian petani ada yang berusaha membersihkannya, namun sebagian sudah pasrah," kata petani asal Takeran, Santo.
Gunung Kelud di Kediri mengalami erupsi atau meletus pada Kamis (13/2) malam sekitar pukul 22.50 WIB. Gunung Kelud meletus setelah beberapa jam sebelumnya dinaikkan statusnya dari Siaga (Level III), menjadi Awas (Level IV).
Dampak abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut, hampir merata dirasakan oleh para petani di 18 kecamatan di Kabupaten Magetan. Di antaranya di Kecamatan Karas, Nguntoronadi, Kawedanan, Takeran, dan Parang.
Abu vulkanik tersebut juga sempat mengganggu aktivitas warga di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hingga kini, sebagian masyarakat masih berupaya membersihkan sisa abu vulkanik tersebut yang memenuhi jalan, rumah, dan lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014