Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) menciptakan teknologi pemanfaatan air hujan dengan menerapkan teknologi Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) sebagai upaya pemenuhan air bersih dan teknologi elektrolisis yang mengubah air bersih dari SPAH menjadi air layak minum.

Ketua Tim SIL UI Dr. Hayati Sari Hasibuan dalam keterangannya, Jumat, mengatakan SPAH merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai sumber suplai air bersih.

Sari menjelaskan bahwa air hujan meminimalisasi dampak lingkungan karena penggunaan instrumen seperti atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain dapat menghemat pengadaan instrumen baru.

"Air hujan merupakan sumber air yang sangat penting, terutama di daerah dengan kondisi tidak terdapat sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah, serta tidak tersedia air tanah,” ujar dosen SIL yang memiliki kepakaran lingkungan perkotaan.



SPAH meliputi tempat menangkap hujan (collection area), saluran air hujan yang mengalirkan air hujan dari tempat menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, reservoir (storage tank), saluran pembuangan, dan pompa.

Tim SIL UI membangun instalasi SPAH di dua kampung nelayan Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, yaitu RW/01 dan RW/15. Kegiatan ini berlangsung selama Oktober–Desember 2021 dan diresmikan pada Rabu (22/12).

Program ini disambut baik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, meliputi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Lingkungan Hidup, Walikota Jakarta Utara, dan SDGs Center Jakarta. Dalam program tersebut, turut terlibat mahasiswa SIL UI yang melaksanakan pengabdian masyarakat (pengmas) berupa edukasi rain water harvesting (RWH) yang didanai UI.

Sari berharap pemanfaatan SPAH di Cilincing dapat menggantikan kebutuhan warga akan pipa air karena air hujan memiliki banyak manfaat. Selain memenuhi kebutuhan air bersih, pengmas SIL UI juga berupaya menurunkan angka kekerdilan (stunting) pada warga di pesisir Cilincing.

"Air hujan memiliki manfaat untuk kesehatan bagi masyarakat karena membantu regenerasi sel. Penggunaan air hujan juga mengurangi biaya air berbayar dan penggunaan air tanah. SPAH juga diharapkan memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat nelayan sehingga air bersih yang dikonsumsi dapat menurunkan angka kekerdilan di Kalibaru," katanya.

Riset dibimbing Prof. Ignatius Sutapa selaku Koordinator PRN Stunting BRIN dan Dr. Gunawan Pratama Yoga selaku reviewer PRN BRIN.*
 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022