Bengkulu- Kota Metro, Provinsi Lampung akan menggelar pameran lukis dan batu mulia dan suseki pada tanggal 24-27 Maret 2014 bertempat di Gedung Wanita setempat.


Ketua Panitai pameran Rifian Al Chepy melalui surelnya menjelaskan untuk pameran lukisan kali ini mengambil tema "Hitam Putih Lampung".

"Dapat diartikan sebagai sebuah kontradiksi dari dua kenyataan, bisa kita tafsirkan sebagi awal dan akhir, hidup dan mati, baik dan buruk, kepastian dan ketidakpastian, harapan dan kenyataan serta kejujuran dan ketidakjujuran sebuah fakta yang sering kita lihat dan alami dalam kehidupan kita sehari hari," katanya.

Pada pameran itu akan diikuti oleh 30 perupa asal lampung, di hari kedua ( tanggal 25 Maret) juga akan digelar workshop seni rupa dan melukis bersama untuk pelajar dan mahasiswa dengan pembicara perupa Firmansyah dan Edy Purwanto.

 Sementara untuk pameran batu akik dan batu mulia akan mengelar kegiatan pameran batu mulia nusantara dann batu luar, pameran kolektor item khusus batu mulia asal Lampung, pada hari pertama juga akan digelar seminar atau uji klinik batu mulia dengan pembicara Tommy Ationg , serta pameran untuk batu pajang atau batu gambar/ suseki.

Peserta lokal asal Metro sudah ada 14 pengrajin yang menyatakan kesiapannya, sementara untuk peserta dari luar Kota Metro baru akan dibuka pendaftaranya pada tanggal 17- 22 Maret.

"Secara umum tujuan pameran kali adalah untuk mempromosikan kekayaan alam batu mulia Lampung dengan menumbuhkan potensi ekonomi kreatif," kata dia.

Rifian juga menambahkan saat ini sedang ramai para pencinta batu mulia di Kota Metro, indikatornya lapak penjual batu mulia terus bertambah di Lapangan Samber, Kota Metro atau pojok-pojok pertokoan di pasar-pasar Kota Metro.

"Bahkan untuk penggosokan batu kita harus menunggu 2-3 hari sementara pemesanan ring perak pemesan harus menunggu satu minggu sampai 10 hari. Kami melihat sebetulnya ada potensi ekonomi kreatif di sana, bayangkan saja untuk menjadi sebuah cicin yang siap pakai, minimal ada proses yang harus dilalui," ujarnya.

Pertama, lanjut dia, penghobi batu akan memilih bahan yang biasanya didatagkan dari Way Kanan atau Baturaja ini penjualnya tersendiri, lalu bahan yang sudah ada harus digosok, baru kemudian dipasangkan diring biasa atau perak, untuk proses ini juga ada biaya jasanya, kemudian untuk mempercantik ringnya biasanya akan dilakukan crom, baik perak maupun emas dan ini juga ada biaya tersendiri, artinya minimal ada 4 sampai 5 tahap yang harus dilalui, dan masing-masing pengrajin punya spesifikasi.

Dia yakin Kota Metro punya potensi untuk menjadi seperti Kota Martapura di Kalimantan yang terkenal dengan pusat kerajinan batu mulia.

Sudah saatnya, lanjut dia,  Pemkot Metro tidak lagi bermain dalam wacana ekonomi kreatif tapi memulai dengan hal-hal yang sederhana seperti itu.

Hal yang sama juga seperti terjadi dengan para perupa khususnya seni lukis, dari dulu yang namanya pelukis Kota Metro itu cukup banyak, tetapi karena pasaran untuk lukis tidak digairahkan oleh pemerintah daerah akhirnya pelukir juga terpaksa beralih ke pekerjaan-pekerjaan yang mungkin rada melenceng dengan disiplin seni rupa, tidak sedikit perupa kita akhirnya jadi tukang cat, buat taman atau kolam ikan, dan sebagian menjadi tukan tulis visi dan misi sekolah dan kantor, karena pesanan lukisan tidak kunjung datang.

Rifian menambahkan yang membedakan trend batu mulia pada saat ini dan dulu adalah kalau dulu trendnya batunya relatif kecil adalah batu luar seperti Safir, ruby, zamrud, aqumarine, topaz , quazt dll. Kalau sekarang bentuknya menjadi lebih besar karena berlimpahnya bahan batu mulia hasil alam nusantara seperti bacan (Sulawesi), sunge dareh (Sumbar),pucuk belimbing (Aceh), Bungur dan kecubung (Lampung), Lavender (Baturaja) panca warna (Garut) Kalimaya (Banten) dan harganyapun bervariasi tergantung ukuran dan kualitas bantunya. *

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014