Praktisi kesehatan masyarakat, Spesialis Kedokteran Jiwa dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta dr Tribowo Tuahta Ginting mengatakan gawai atau gadget dapat menyebabkan gangguan mental jika penggunaannya tidak diatur dan dibatasi.
"Seseorang dapat terpengaruh cara berpikirnya dengan gadget sehingga bisa menyebabkan adiksi, dan adiksi itu adalah masalah mental," katanya dalam gelar wicara terkait kesehatan mental yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Tribowo menjelaskan adiksi terhadap gawai merupakan gangguan otak yang mempengaruhi perilaku seseorang terhadap gawai, yang ditandai dengan kecenderungan seseorang menggunakan gawai pada hampir seluruh waktunya.
Kemudian, kata dia, penggunaan gawai yang tidak dibatasi juga mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain.
Baca juga: Anak kecanduan gawai berisiko depresi hingga narsistik
"Karena lebih sering berinteraksi secara digital, sehingga tidak ada konektivitas antara satu sama lain. Semuanya dilakukan semu secara digital," katanya.
Tontonan digital, kata Tribowo, juga dapat mempengaruhi kecenderungan mental seseorang. Terlebih pada remaja, yang dapat mengganggu waktu tidur, sekolah, dan aktivitas lainnya sehingga dapat mempengaruhi cara merawat diri, dan mengganggu kesehatannya.
Kebiasaan bermain game terlalu lama, lanjut dia, juga dapat mengganggu kesehatan mental seseorang, di antaranya stres saat kalah, yang perlahan menimbulkan gangguan mental di kemudian hari.
"Akhirnya akan mempengaruhi interaksi remaja terhadap orang lain, juga interaksinya terhadap lingkungan, dan akhirnya mempengaruhi kesehatan mentalnya," ujar dia.
Meskipun demikian, Tribowo menegaskan penggunaan gawai dapat menjadi hal yang positif jika seseorang dapat mengontrol dan menyaring penggunaan gawai dengan bijak.
Baca juga: Mencegah kematian budi pekerti yang tergilas adiksi teknologi
Sementara itu, Kepala Pusat Riset (Kapusris) Kesehatan Masyarakat dan Gizi Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wahyu Pudji Nugraheni mengatakan kecemasan, depresi, dan gangguan mental menjadi sejumlah contoh bentuk gangguan mental yang rentan diderita anak-anak dan remaja.
"Perubahan fisik dan hormon, tekanan akademis, serta masalah sosial dan identitas itu bisa mempengaruhi terhadap gangguan kesehatan mental mereka," kata Pudji.
Ia mengatakan secara keseluruhan kondisi mental seseorang dipengaruhi oleh genetik, lingkungan, sosial, ekonomi, serta kondisi biologisnya.
Selain anak-anak dan remaja, Pudji menyebut ada tujuh kelompok lain yang rentan terserang gangguan mental yakni individu dengan riwayat keluarga yang secara genetik punya gangguan mental, individu dengan penyakit kronis, serta seseorang dengan riwayat trauma dan pelecehan.
Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Pada tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengambil tema Kesehatan Mental adalah Hak Seluruh Manusia secara Universal.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
"Seseorang dapat terpengaruh cara berpikirnya dengan gadget sehingga bisa menyebabkan adiksi, dan adiksi itu adalah masalah mental," katanya dalam gelar wicara terkait kesehatan mental yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Tribowo menjelaskan adiksi terhadap gawai merupakan gangguan otak yang mempengaruhi perilaku seseorang terhadap gawai, yang ditandai dengan kecenderungan seseorang menggunakan gawai pada hampir seluruh waktunya.
Kemudian, kata dia, penggunaan gawai yang tidak dibatasi juga mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain.
Baca juga: Anak kecanduan gawai berisiko depresi hingga narsistik
"Karena lebih sering berinteraksi secara digital, sehingga tidak ada konektivitas antara satu sama lain. Semuanya dilakukan semu secara digital," katanya.
Tontonan digital, kata Tribowo, juga dapat mempengaruhi kecenderungan mental seseorang. Terlebih pada remaja, yang dapat mengganggu waktu tidur, sekolah, dan aktivitas lainnya sehingga dapat mempengaruhi cara merawat diri, dan mengganggu kesehatannya.
Kebiasaan bermain game terlalu lama, lanjut dia, juga dapat mengganggu kesehatan mental seseorang, di antaranya stres saat kalah, yang perlahan menimbulkan gangguan mental di kemudian hari.
"Akhirnya akan mempengaruhi interaksi remaja terhadap orang lain, juga interaksinya terhadap lingkungan, dan akhirnya mempengaruhi kesehatan mentalnya," ujar dia.
Meskipun demikian, Tribowo menegaskan penggunaan gawai dapat menjadi hal yang positif jika seseorang dapat mengontrol dan menyaring penggunaan gawai dengan bijak.
Baca juga: Mencegah kematian budi pekerti yang tergilas adiksi teknologi
Sementara itu, Kepala Pusat Riset (Kapusris) Kesehatan Masyarakat dan Gizi Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wahyu Pudji Nugraheni mengatakan kecemasan, depresi, dan gangguan mental menjadi sejumlah contoh bentuk gangguan mental yang rentan diderita anak-anak dan remaja.
"Perubahan fisik dan hormon, tekanan akademis, serta masalah sosial dan identitas itu bisa mempengaruhi terhadap gangguan kesehatan mental mereka," kata Pudji.
Ia mengatakan secara keseluruhan kondisi mental seseorang dipengaruhi oleh genetik, lingkungan, sosial, ekonomi, serta kondisi biologisnya.
Selain anak-anak dan remaja, Pudji menyebut ada tujuh kelompok lain yang rentan terserang gangguan mental yakni individu dengan riwayat keluarga yang secara genetik punya gangguan mental, individu dengan penyakit kronis, serta seseorang dengan riwayat trauma dan pelecehan.
Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Pada tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengambil tema Kesehatan Mental adalah Hak Seluruh Manusia secara Universal.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023