Los Angeles (Antara/Xinhua-OANA) - Pando, pohon yang telah hidup selama 80.000 tahun, dipilih sebagai lambang bagi 10th International Whitehead Conference dan 9th Ecological Civilization International Forum, sebab pohon itu mengajarkan masyarakat manusia cara hidup berkelanjutan.
Dengan tema "Seizing an Alternative Toward an Ecological Civilization", konferensi 4-7 Juni tersebut di Pomona College di Claremont, Southern California, diperkirakan dihadiri sebanyak 1.500 cendekiawan dan pecinta lingkungan hidup termasuk Bil McKibben, Vandana Shiva dan Sheri Xiaoyi Liao dari Tiongkok.
Jejaring konferensi tersebut mengatakan, "Kami telah mengambil namanya untuk mengidentifikasi gerakan baru yang diilhami oleh hubungan ekologi yang saling menghubungan kami semua, Pando Populus ('populus' adalah satu jenis kayu). 'Meraih Alternatif' adalah konferensi peresmian Pando Populus."
Pando dalam Bahasa Latin berarti "saya menyebar". Pohon tersebut ditemukan pada 1990-an di dekat Lake Fish di Utah. Setelah pemeriksaan DNA dan pemeriksaan lain, para ilmuwan menemukan sekita 105 acre pohon aspen memiliki sistem akar tunggal yang sama.
Di atas tanah, Pando kelihatan merupakan kumpulan lebih dari 40.000 pohon, tapi di bawah tanah, semua pohon itu saling terkait oleh satu-satunya sistem akar yang luas, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi. Masing-masing batang pohon itu secara genetika sama. Jadi pada kenyataannya, sebagai satu organisme hidup tunggal, itu adalah pohon yang paling besar dan paling tua di dunia.
John Cobb Jr., ahli filsafat dan teologi yang mendirikan Center for Process Study pada 1970-an --yang menjadi penyelenggara konferensi tahun ini, mengatakan Pando memberi umat manusia setidaknya tiga pelajaran.
"Ketika kita melihat hutan kecil pohon kayu, kita sedang melihat banyak individu pohon," John Cobb berbicara mengenai pelajaran pertama. "Kadang-kala mereka kooperatif, tapi kebanyakan mereka bersaing seperti pepohonan saling bersaing untuk memperoleh sinar Matahari."
"Tapi ketika kita belajar bahwa Pando, dan setiap pohon kayu lain, bukan individu pohon yang terpisah, semua pohon itu bergantung atas pohon lain, dan mereka semua mendukung dan didukung oleh satu sistem akar yang sama, itu membuat orang berfikir bahwa apa yang kelihatan seperti individu yang terpisah mungkin sesungguhnya bukan individu yang terpisah."
"Sistem tempat banyak hal kelihatan seperti individu sesungguhnya bersatu, kondisi yang telah memungkinkan Pando untuk hidup selama 80.000 tahun. Itu berarti pohon tersebut telah bertahan hidup dalam segala jenis perubahan iklim, ekologi, dan lain-lain, lebih dari makhluk hidup lain. Jadi, saling terhubung memiliki nilai kelangsungan hidup yang sangat luar biasa. Itu adalah pelajaran kedua yang bisa diambil dari Pando," ia menjelaskan.
Cobb (90), yang menulis "Is It Too Late? An Ecology of Theology" pada 1970, selanjutnya mendesak umat manusia selama 40 tahun terakhir agar bertindak sebagai reaksi terhadap perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup --yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat manusia.
"Kita mengambil pelajaran ketiga bahwa meskipun Pando mampu bertahan hidup sedemikian lama, pohon tersebut masih memerlukan lingkungan hidup alam," kata Cobb. "Kita telah mengganggu lingkungan hidup alam Pando selama beberapa tahun. Satu hal yang menarik dan penting ialah kita membunuh semua pemangsa, terutama srigala, sehingga populasi rusa tak terkendali. Rusa mengkonsumsi hampir semua tunas muda pohon kayu untuk menghindari kelaparan. jadi, selama beberapa dasawarsa tak ada pohon baru."
"Ketidak-pekaan manusia terhadap proses alam dan pemahaman ekologi, pemberlakuan apa yang membuat kita nyaman, malah membunuh Pando," kata Cobb.
Tiga tahun lalu, Cobb mempersiapkan 10th International Whitehead Conference, yang memiliki 82 jalur guna membahas bermacam topik yang berkaitan dengan peradaban ekologi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015