Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menepis anggapan bahwa menikah dini lebih baik daripada berbuat zina, lewat sosialisasi dan edukasi yang dilakukan oleh para Duta Generasi Berencana (GenRe).

"Inilah yang sedang kami  lakukan sekarang, Bapak Kepala BKKBN Hasto Wardoyo membuat suatu terobosan, yang mengkampanyekan untuk menghindari pernikahan usia dini lewat duta-duta Genre serta Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di tataran desa dan kelurahan," kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan beberapa tugas dari Duta GenRe adalah mengkampanyekan agar anak dan remaja tidak menikah dini, tidak melakukan seks bebas, tidak terjerumus pada narkotika, psikotoprika, dan zat adiktif lainnya, serta mengatakan tidak pada terorisme.

"Edukasi ini terus kami lakukan  berkolaborasi dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), melalui Duta Pancasila dan Duta Damai," ujarnya.

Selama ini, lanjutnya, masih ada sebagian masyarakat yang menganggap daripada berzina maka lebih baik dinikahkan. Untuk itu tugas dari para petugas di lapangan, utamanya para remaja, adalah memastikan teman sebaya mendapatkan informasi yang cukup jelas tentang bahaya menikah muda.

"Para remaja akan lebih nyaman apabila mendapatkan informasi dan pemahaman dari orang-orang di usia mereka. Jadi mereka dibentuk menjadi konselor sebaya, para remaja inilah yang akan menyampaikan nilai-nilai positif kepada rekan-rekan seusia mereka," tuturnya.

Menurutnya, untuk menghindari pernikahan dini dan seks bebas lebih efektif dan strategis untuk dicegah dari hulu, sehingga seluruh komponen masyarakat termasuk media juga memiliki peran penting untuk menyebarluaskan berbagai risiko yang akan ditimbulkan dari menikah dini.

"Kami punya penyuluh KB dan kader KB di lapangan, kelompok kegiatan seperti Bina Keluarga Balita (BKB) maupun Bina Keluarga Remaja (BKR) yang akan menjadi ujung tombak untuk menyampaikan pesan-pesan pembinaan keluarga balita dan menanamkan delapan fungsi keluarga," paparnya.

Adapun delapan fungsi keluarga tersebut yakni fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, serta pembinaan lingkungan.

Untuk mengukur efektifitas delapan fungsi keluarga tersebut, BKKBN juga memiliki Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) yang menilai berbagai aspek terkait dengan ekonomi keluarga, ketenteraman, kemandirian, dan kebahagiaan.

"iBangga ini diperbarui melalui pendataan keluarga setiap lima tahun sekali, dan setiap tahun juga kami terus lakukan update," ucap Nopian.

Sebelumnya Kepala BKKBN Hasto Wardoyo juga menegaskan agar generasi muda Indonesia tidak menikah pada usia dini untuk menyelamatkan bangsa dari pendapatan kelas menengah (middle income trap) dalam rangka menyambut bonus demografi.

“Kalau kita terjebak di middle dan low income trap, maka susah keluar dari jebakan itu. Generasi muda menjadi penentu kita akan memetik bonus demografi atau tidak. Kuncinya, harus tidak kawin pada usia dini, tidak putus sekolah, tidak menganggur, dan tidak sebentar-sebentar hamil,” kata Hasto.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023