Bengkulu (Antara) - Deputi Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara berpendapat kepariwisataan Provinsi Bengkulu bisa berkembang pesat seperti di Pulau Belitung bila memanfaatkan film bioskop sebagai media promosi.

"Pulau Belitung bisa tumbuh wisatanya karena memiliki karakter dan mencuat setelah film Laskar Pelangi. Di Bengkulu seharusnya juga begitu, punya pantai yang indah dan berkarakter serta memiliki cerita legenda yang difilmkan menjadi Tujuh Manusia Harimau. Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai promosi," kata dia saat berbicara pada Seminar Ekonomi Terkini Semester I Bank Indonesia, di Bengkulu, Kamis.

Kepariwisataan Bengkulu berpotensi besar untuk mendongkrak perekonomian daerah, tetapi belum dikelola dengan baik sehingga tidak mampu menjadi penyumbang angka pertumbuhan ekonomi.

"Baru kali ini saya melihat pantai sepanjang ini dengan 'jogging track' yang bagus, saya berjalan cepat selama 45 menit di sana, ternyata waktu selama itu belum cukup untuk sampai ujung (pantai). Ketika saya foto dan posting, banyak teman di Jakarta begitu tertarik ingin melihat juga. Atinya pariwisata di sini sangat potensial, tetapi kurang promosi," kata dia.

Sekarang bergantung peran pemerintah daerah untuk memajukan pariwisata, sehingga bisa menjadi salah satu penyumbang terbesar perekonomian Provinsi Bengkulu, mampu maju seperti Pariwisata Bali.

"Pulau Sumatera, masih mengandalkan komoditas tambang dan perkebunan, harga komoditas ditentukan dunia, sementara keadaan perekonomian dunia sedang lesu, sehingga pertumbuhan ekonomi di Sumatera hanya 2,8 persen, berbeda dengan Bali yang bisa tumbuh di atas enam persen, di sana mengandalkan pariwisata, begitu juga Bengkulu, sudah seharusnya tidak bergantung dengan komoditas," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Dodi Herlando mengatakan, tidak bisa memungkiri, Bengkulu masih sangat bergantung pada komoditas utama sawit, karet dan batu bara.

"Ada tugas berat pemerintah untuk membangun perekonomian yang lebih baik, memang kita masih tumbuh diatas lima persen, namun yang paling berbahaya angka inflasi juga tinggi mencapai 8,5 persen. Untuk membangun perekonomian yang sehat, hendaknya membangun industri turunan dari komoditas sehingga bernilai jual," ucapnya.

Pemerintah daerah, katanya, perlu juga secara perlahan melakukan diversifikasi sektor penopang perekonomian, sehingga jika salah satu sektor mengalami tekanan, tidak akan memberikan pengaruh besar ke perekonomian daerah.

"Seperti terjadi saat ini, jika satu komoditas tertekan, langsung berdampak besar pada perekonomian Bengkulu karena kita mengandalkan sektor itu," katanya.

Oleh karena itu, diperlukan diversifikasi, dan pariwisata merupakan sektor yang sangat menjanjikan. "Tetapi, tidak bisa langsung beralih, perlu perlahan membangun masyarakat yang terbiasa bertani menjadi masyarakat wisata," ujarnya. ***1***

Pewarta: Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015