Mukomuko (Antara) - Mayoritas nelayan tradisional di Kecamatan Ipuh, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, sejak tiga bulan terakhir takut melaut karena ombak besar.
"Ombak besar terjadi sekitar tiga bulan. Hanya sebanyak 25 dari 100 perahu nelayan tradisional di Ipuh ini yang nekat melaut," kata Kepala Desa Pasar Ipuh Muchtarudin, di Mukomuko, Rabu.
Ia mengatakan, selama tiga bulan ini nelayan tradisional di Desa Pasar Ipuh, termasuk Desa Pasar Baru, dan Desa Tanjung Harapan mengalami musim penceklik.
Karena, katanya, meskipun masih ada beberapa nelayan yang nekat melaut tetapi hasil tangkapannya juga tidak banyak. Mereka hanya bergaji dari menjual ikan sebesar Rp25.000 per orang.
Menurutnya, berbeda saat ombak di perairan laut di daerah itu kecil, pendapatan nelayan setempat bisa mencapai Rp150.000 per hari.
Sedangkan nelayan yang tidak melaut, katanya, bekerja sebagai buruh harian tebang tebas di perusahaan perkebunan kelapa sawit di daerah itu.
Dampak lain, katanya, dua perahu milik Ramli dan Hamidin karam, sehingga kedua nelayan tersebut mengalami kerugian karena badan perahu pecah dan mesin perahu
rusak.
"Ramli mengalami kerugian karena perahu pecah sedangkan mesin perahu Hamidin tidak bisa digunakan lagi karena rusak," ujarnya.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015
"Ombak besar terjadi sekitar tiga bulan. Hanya sebanyak 25 dari 100 perahu nelayan tradisional di Ipuh ini yang nekat melaut," kata Kepala Desa Pasar Ipuh Muchtarudin, di Mukomuko, Rabu.
Ia mengatakan, selama tiga bulan ini nelayan tradisional di Desa Pasar Ipuh, termasuk Desa Pasar Baru, dan Desa Tanjung Harapan mengalami musim penceklik.
Karena, katanya, meskipun masih ada beberapa nelayan yang nekat melaut tetapi hasil tangkapannya juga tidak banyak. Mereka hanya bergaji dari menjual ikan sebesar Rp25.000 per orang.
Menurutnya, berbeda saat ombak di perairan laut di daerah itu kecil, pendapatan nelayan setempat bisa mencapai Rp150.000 per hari.
Sedangkan nelayan yang tidak melaut, katanya, bekerja sebagai buruh harian tebang tebas di perusahaan perkebunan kelapa sawit di daerah itu.
Dampak lain, katanya, dua perahu milik Ramli dan Hamidin karam, sehingga kedua nelayan tersebut mengalami kerugian karena badan perahu pecah dan mesin perahu
rusak.
"Ramli mengalami kerugian karena perahu pecah sedangkan mesin perahu Hamidin tidak bisa digunakan lagi karena rusak," ujarnya.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015