Kota Makassar mencatat prestasi gemilang dengan menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang masuk dalam kategori Kota Terbahagia di dunia menurut Happy City Index.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, pada Rabu (19/6) menyampaikan bahwa Makassar menduduki peringkat ke-234 dari 250 kota di seluruh dunia.
Pomanto juga mengungkapkan kebanggaannya karena Makassar meraih tiga kategori internasional: Indeks Kota di posisi ke-157, Indeks Kota Pintar di posisi ke-115, dan Indeks Kebahagiaan sebagai salah satu dari 250 kota terbahagia di dunia.
Predikat ini sekaligus menepis pandangan negatif tentang Makassar dan membenarkan hasil survei yang menunjukkan Happiness Index Kota Makassar mencapai 82,9 persen.
Warga antre untuk membeli paket bahan pangan pada pasar murah yang digelar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (13/6/2024). ANTARA FOTO/Arnas Padda/Spt.
Indeks Kota Terbahagia dihitung berdasarkan beberapa indikator, termasuk kota, pemerintahan, ekonomi, lingkungan dan mobilitas. Dengan skor total 1230,7, Makassar memperoleh pengakuan internasional sebagai kota yang mampu memberikan kebahagiaan kepada warganya.
Namun, bagaimana dengan Kota Bengkulu? Apakah kota ini mampu mengikuti jejak Makassar dalam memberikan kebahagiaan bagi warganya?
Indeks Kota Bahagia dapat menjadi acuan bagi Bengkulu untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas hidup penduduknya.
Dengan mengadopsi kebijakan dan inisiatif yang tepat, Bengkulu memiliki potensi besar untuk mencapai predikat yang sama di masa depan.
Indeks Kota Bahagia adalah sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur kebahagiaan penduduk di berbagai kota di seluruh dunia.
Konsep ini bukan sekadar mencari kota terbaik untuk dihuni, melainkan memahami bahwa setiap kota memiliki karakteristik unik dan tantangan tersendiri yang mempengaruhi kebahagiaan warganya.
Ilustrasi warga menonton konser. ANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul Rahman/nym.
Dikutip dari laman https://happy-city-index.com/, penelitian indeks kebahagiaan tersebut dilakukan oleh Institute of Quality of Life yang merupakan kerja dari Happy City Hub Ltd.
Lembaga ini menempatkan manusia sebagai fondasi utama dalam penelitian, mencakup berbagai peran seperti warga, pekerja, orang tua, anak, warga senior, dan anggota komunitas lainnya.
Institute for Quality of Life melakukan penelitian terkait kualitas hidup. Lembaga ini memantau, menganalisis, dan mempelajari berbagai aspek yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam komunitas, pembuatan kebijakan sosial, implementasi layanan publik, dan efektivitas dalam merespon tantangan serta krisis yang muncul di masyarakat yang berkembang.
Indeks Kota Bahagia mengidentifikasi sekelompok kota dengan beberapa tolok ukur, beberapa sebagai berikut:
Pendidikan: Akses dan kualitas pendidikan yang merata.
Kebijakan inklusif: Kebijakan yang mendukung inklusivitas semua kelompok masyarakat.
Ilustrasi smart city. (Pixabay)