Pemerintah Provinsi Bengkulu berupaya meningkatkan pemahaman nelayan "Bumi Rafflesia" itu tentang keselamatan saat berada di lautan.
 
"Dengan inisiasi Politeknik Pelayaran Banten dan KSOP Kelas III Pulau Baai Bengkulu, kami menggelar Diklat Pemberdayaan Masyarakat Basic Safety Training - Kapal Motor (BST - KLM) dan SKK 60 untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman nelayan saat melaut," kata Asisten II Pemerintah Provinsi Bengkulu Raden Ahmad Denni, di Bengkulu, Senin.
 
Puluhan nelayan dari Kota Bengkulu dan beberapa kabupaten di Provinsi Bengkulu terlibat dalam pelatihan dan pendidikan tersebut. Tujuannya kata dia untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal di lautan.
 
Raden Ahmad Denni mengharapkan wawasan yang lebih baik dapat memberikan tindakan cepat dan tepat nelayan ketika melakukan penyelamatan saat terjadi musibah di laut.
 
"Nelayan mengetahui teknik penyelamatan diri di lautan. Musibah di lautan ini tidak kita inginkan, namun harus siap menghadapi alam yang sewaktu-waktu dapat mengancam. Semoga diklat ini melahirkan pelaut-pelaut handal," katanya.
 
Bengkulu merupakan provinsi dengan topografi memanjang di pesisir barat Pulau Sumatera dengan panjang 524 kilometer dari utara ke selatan. Tidak hanya itu, Bumi Rafflesia juga berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang tentunya gelombang lautnya lebih berbahaya karena tidak ada teluk atau gugusan pulau kecil yang mencegah gelombang tinggi.
 
Dengan luasnya perairan Bengkulu tentu menyimpan berbagai potensi kekayaan bawah laut yang dapat dikelola secara langsung oleh para nelayan.
 
Namun di sisi lainnya, laut Bengkulu yang terhubung langsung ke samudera tentunya harus diwaspadai potensi-potensi bahaya di laut lepas.
 
"Jika memanfaatkan kekayaan laut kita, harus selaraskan dengan upaya keselamatan. Caranya adalah dengan mempelajari ilmu yang didapatkan dalam pendidikan atau pelatihan, lalu berbagi dengan rekan-rekan lainnya," ujarnya.

Pewarta: Boyke Ledy Watra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024