Bengkulu 12/10 (antarabengkulu.com) - Acara puncak dari kemeriahan Festival Tabut di Kota Bengkulu, Selasa (11/10), terletak pada ritual pembuangan tabut, di mana ribuan masyarakat menghadiri acara itu. Hal itu terlihat ketika sebelum pembuangan tabut di Jalan Lapangan Merdeka Kota Bengkulu, tempat itu dipenuhi masyarakat meskipun mentari terik menyengat.

     Festival Tabut adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib, dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak, pada 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).

     Pada awalnya inti dari upacara Tabut adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syi'ah dan kaumnya yang memakamkan jenazah Husein di Padang Karbala. Istilah Tabut berasal dari bahasa Arab "tabut" yang secara harafiah berarti kotak kayu atau peti. Peringatan tabut di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin atau yang dikenal Imam Senggolo pada 1685. 
 
     Setiap tahunnya Festival Tabut tak pernah sepi pengunjung. Mereka bukan hanya datang dari Bengkulu saja melainkan dari luar Provinsi Bengkulu. "Saya jauh-jauh dari Yogyakarta hanya ingin melihat bagaimana Festival Tabut dan ritual pembuangan tabut" kata Bayu. 

    Upacara Tabut di Bengkulu mengandung aspek ritual dan nonritual. Aspek ritual hanya boleh dilakukan oleh Keluarga Keturunan Tabut yang dipimpin oleh sesepuh keturunannya langsung, serta memiliki ketentuan-ketentuan khusus dan norma-norma yang harus ditaati. Sedangkan acara yang mengandung aspek nonritual dapat diikuti oleh siapa saja. 

     Acara terakhir dari ritual tabut yaitu pembuangan tabut, dimana tabut yang telah dikumpulkan di Lapangan Merdeka pada 10 Muhharam atau yang sering disebut malam tabut bersanding siap diarak menuju kompleks pemakaman umum Karabela di Kelurahan Tebeng, Kota Bengkulu. Tempat ini merupakan lokasi pembuangan tabut karena di sini dimakamkan Imam Senggolo.

    Sebagian masyarakat yang datang hanya ingin menyaksikan pembuangan tabut dari segi nonritual saja bahkan mereka mengaku tidak mengetahui sejarah dari tabut itu sendiri. "Saya kurang mengetahui mengenai sejarah lengkap Tabut. Tiap tahun saya datang ke Tabut karena ada bazarnya, barang-barang yang dijual lumayan murah. Festival seperti ini hanya setahun sekali, makanya saya sangat memanfaatkan hiburan ini " ujar Ica salah satu pengunjung. *
     
     

Pewarta: Nanda Dwi Kurnia

Editor : Riski Maruto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016