"Kalau jumlah petugas (kebersihan) kurang lebih 75 orang, termasuk supir truk, anggota, penyapu jalan dan pengawas," kata Kepala DLH Kota Bengkulu Riduan di Bengkulu, Selasa.
Ia menyebutkan tugas petugas kebersihan selama Festival Tabut sesuai dengan kontrak yang telah disepakati bersama pihak Event Organized (EO) atau penyedia jasa profesional yaitu mengangkut sampah yang telah terkumpul dan membantu kebersihan di luar area lapangan.
Kemudian pihak penanggung jawab atau EO juga memberikan uang lembur dua jam kepada 50 petugas kebersihan selama 10 hari kerja yaitu Rp30 ribu per hari untuk masing-masing petugas.
"Yang di dalam lapangan kegiatan Festival Tabut bukan tanggung jawab kami, itu dilakukan langsung oleh EO yg katanya volunteer atau tenaga relawan," ujar dia.
Selain itu, terang Riduan, pihak ketiga pengelola Festival Tabut juga melakukan pembayaran sebesar Rp1,7 juta per hari untuk pengangkutan sampah dengan masa kerja 13 hari, mulai dari H-1 hingga H+2 Festival Tabut.
Biaya Rp1,7 juta tersebut, kata dia, untuk petugas mengangkut sampah, sedangkan untuk mengumpulkan atau menyapu sampah-sampah di kawasan Festival Tabut harus disediakan pihak EO.
"Jadi kalau di jalanan nanti penuh sampah, itu bukan tanggungjawab kami (DLH). Kalau mau kami bantu, maka mereka harus mengeluarkan biaya tambahan untuk tukang sapu kami alias uang lembur," sebut Riduan.
Hal itu, kata dia, karena petugas penyapu jalan dari DLH Kota Bengkulu telah memiliki wilayah kerja masing-masing dan ketika kegiatan Festival Tabut berlangsung maka para petugas harus menambah tenaga dan waktu untuk bekerja di luar area tugas resmi.