Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia menyarankan Pemerintah Provinsi Bengkulu lebih memfokuskan kegiatan pasar murah dan operasi pasar pada 14 hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 2017.

Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Christin Sidabutar, di Bengkulu, Senin, menyebutkan, harga komoditas akan lebih fluktuatif pada dua minggu sebelum lebaran.

"Bukan kita mengatakan pasar murah yang telah digelar sekarang tidak efektif tapi perlu kontrol lebih ketat pada dua minggu terakhir," kata dia.

Masyarakat memang sudah mulai teredukasi untuk tidak menjadi "panic buying", namun situasi perekonomian jelang lebaran lah yang menciptakan masyarakat berperilaku seperti pembeli yang panik.

Menjelang lebaran masyarakat menerima THR, gaji ke 13 dan 14, serta uang insentif lainnya. Karena memiliki uang lebih, nafsu berbelanja masyarakat menjadi tidak bisa di kontrol.

"Apalagi Provinsi Bengkulu sebagian besar penduduknya pegawai. Tingginya nafsu berbelanja masyarakat membuat pasokan komoditas yang ada di pasaran semakin tertekan," kata dia lagi.

Hal seperti itu berpotensi dimanfaatkan oleh sejumlah kecil oknum dengan mengendalikan harga pasar sehingga berakibat pada inflasi tinggi.

"Kita tidak ingin kemungkinan tersebut terjadi, oleh sebab itu pasar murah dan operasi pasar lebih difokuskan pada akhir Ramadhan," ujarnya.

Bank Indonesia sendiri memprediksi prospek perkembangan inflasi pada triwulan II 2017 cenderung meningkat yakni pada kisaran 6,20--6,60 persen (year on year), sedikit lebih tinggi dibandingkan pada triwulan I dengan angka 5,21 persen.

"Adanya dorongan pada sektor konsumsi di bulan puasa membuat inflasi agak lebih tinggi pada triwulan ini," pungkas Christin.***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017