Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Pacific Partnership 2018 menggelar seminar penanggulangan bencana yang bisa diterapkan dengan model kerja sama sipil dan militer, kegiatan digelar bersama Universitas Bengkulu, Provinsi Bengkulu.
Medical Planner Humanitarian Assistance Disaster Relief Pacific Partnership, Letnan Kolonel dr Mintoro Sumego, di Bengkulu, Rabu, menyebutkan, kegiatan ini bertujuan mentransfer wawasan, metode dan kerjasama efektif dalam menanggulangi bencana.
"Kita mencoba membangkitkan jiwa relawan dan kesadaran masyarakat yang siap menghadapi bencana," kata dia.
Sebab menurut dia, garis paling terdepan ketika terjadi bencana adalah masyarakat sipil. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengerti bagaimana pertolongan pertama jika terjadi bencana alam.
"Nah kaitannya dengan sipil-militer adalah, bagaimana kerjasama, koordinasi, dan saling topang dalam penanggulangan," ucap Mintoro.
Setelah pertolongan pertama yang dilakukan masyarakat atau relawan, tindakan selanjutnya menurut Mintoro menjadi bentuk kerjasama sipil dan militer.
Militer akan bertindak menyediakan, membangun, melakukan pembersihan jalur, atau membuka isolasi jalur evakuasi bagi korban bencana alam.
"Di sini keterlibatan `engineering` dan `medical`. Intinya masing-masing (sipil dan militer) sudah punya tugas sendiri-sendiri tetapi tergabung dalam satu kerjasama," ucapnya.
Tidak hanya seminar saja yang digelar mengenai kerjasama sipil-militer dalam menanggulangi bencana, tim dari Pacific Partnership juga menyertakan praktik metode pertolongan pertama.
Pacific Partnership 2018 menggelar latihan bersama antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Angkatan Laut Amerika Serikat yang melibatkan pemerintah daerah dalam latihan bidang kesehatan dan penanggulangan bencana yang digelar di Kota Bengkulu hingga 12 April 2018.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
Medical Planner Humanitarian Assistance Disaster Relief Pacific Partnership, Letnan Kolonel dr Mintoro Sumego, di Bengkulu, Rabu, menyebutkan, kegiatan ini bertujuan mentransfer wawasan, metode dan kerjasama efektif dalam menanggulangi bencana.
"Kita mencoba membangkitkan jiwa relawan dan kesadaran masyarakat yang siap menghadapi bencana," kata dia.
Sebab menurut dia, garis paling terdepan ketika terjadi bencana adalah masyarakat sipil. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengerti bagaimana pertolongan pertama jika terjadi bencana alam.
"Nah kaitannya dengan sipil-militer adalah, bagaimana kerjasama, koordinasi, dan saling topang dalam penanggulangan," ucap Mintoro.
Setelah pertolongan pertama yang dilakukan masyarakat atau relawan, tindakan selanjutnya menurut Mintoro menjadi bentuk kerjasama sipil dan militer.
Militer akan bertindak menyediakan, membangun, melakukan pembersihan jalur, atau membuka isolasi jalur evakuasi bagi korban bencana alam.
"Di sini keterlibatan `engineering` dan `medical`. Intinya masing-masing (sipil dan militer) sudah punya tugas sendiri-sendiri tetapi tergabung dalam satu kerjasama," ucapnya.
Tidak hanya seminar saja yang digelar mengenai kerjasama sipil-militer dalam menanggulangi bencana, tim dari Pacific Partnership juga menyertakan praktik metode pertolongan pertama.
Pacific Partnership 2018 menggelar latihan bersama antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Angkatan Laut Amerika Serikat yang melibatkan pemerintah daerah dalam latihan bidang kesehatan dan penanggulangan bencana yang digelar di Kota Bengkulu hingga 12 April 2018.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018