Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Pasangan calon Wali Kota Bengkulu Pilkada 2018 nomor urut satu David Suardi, mengeluhkan banyaknya ujaran kebencian yang bersifat menyerang kandidat tertentu oleh sejumlah simpatisan yang di unggah di media sosial.
"Ini memberikan pengaruh buruk terhadap kandidat, hoax dan ujaran kebencian juga sangat berbahaya bagi persatuan masyarakat," kata David Suardi di Bengkulu, Jumat.
Pasangan yang maju lewat jalur perseorangan ini berharap penyelenggara atau instansi terkait lainnya agar dapat menekan potensi tersebarnya ujaran kebencian di media sosial.
Sebab menurut dia, apa yang di unggah di media sosial memberi pengaruh banyak pada masyarakat, karena mayoritas penduduk saat ini begitu aktif menggunakan gawai.
"Dikata-katakan bodoh, bego, dan kata tidak pantas lainnya sudah bukan lagi cara-cara mendukung kandidat yang sehat," kata dia.
Sementara itu, Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Kota Bengkulu Rayendra Pirasad menyebutkan, baik dugaan ujaran kebencian maupun bentuk lain seperti hoax, sebenarnya di unggah oleh akun media sosial perorangan.
"Jadi bukan akun media sosial kandidat yang resmi didaftarkan oleh peserta pilkada, hal ini di luar ranah pengawasan panwaslih," ucap Rayendra.
Namun mereka tetap berkoordinasi dengan pihak berwenang lainnya, seperti kepolisian mengenai adanya dugaan ujaran kebencian oleh orang-orang yang kemungkinan merupakan simpatisan kandidat.
Pada 12 Februari 2018 lalu, KPU telah menetapkan empat pasang calon yang maju pada Pilkada serentak 2018 yakni, nomor urut satu, calon independen Mayor Inf David Suardi yang berpasangan dengan Bakhsir, nomor urut dua Ketua DPRD Kota Bengkulu, Erna Sari Dewi yang menggandeng Ahmad Zarkasi dan diusung parpol Nasdem, PKS serta PPP.
Wali kota petahana Helmi Hasan dengan nomor urut tiga, ia bersama calon wakilnya Dedy Wahyudi diusulkan oleh parpol PAN, Gerindra dan Partai Demokrat. Pasangan nomor urut empat yakni wakil wali kota petahana Patriana Sosialinda-Mirza yang diusung Golkar, PDIP dan Hanura.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Ini memberikan pengaruh buruk terhadap kandidat, hoax dan ujaran kebencian juga sangat berbahaya bagi persatuan masyarakat," kata David Suardi di Bengkulu, Jumat.
Pasangan yang maju lewat jalur perseorangan ini berharap penyelenggara atau instansi terkait lainnya agar dapat menekan potensi tersebarnya ujaran kebencian di media sosial.
Sebab menurut dia, apa yang di unggah di media sosial memberi pengaruh banyak pada masyarakat, karena mayoritas penduduk saat ini begitu aktif menggunakan gawai.
"Dikata-katakan bodoh, bego, dan kata tidak pantas lainnya sudah bukan lagi cara-cara mendukung kandidat yang sehat," kata dia.
Sementara itu, Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Kota Bengkulu Rayendra Pirasad menyebutkan, baik dugaan ujaran kebencian maupun bentuk lain seperti hoax, sebenarnya di unggah oleh akun media sosial perorangan.
"Jadi bukan akun media sosial kandidat yang resmi didaftarkan oleh peserta pilkada, hal ini di luar ranah pengawasan panwaslih," ucap Rayendra.
Namun mereka tetap berkoordinasi dengan pihak berwenang lainnya, seperti kepolisian mengenai adanya dugaan ujaran kebencian oleh orang-orang yang kemungkinan merupakan simpatisan kandidat.
Pada 12 Februari 2018 lalu, KPU telah menetapkan empat pasang calon yang maju pada Pilkada serentak 2018 yakni, nomor urut satu, calon independen Mayor Inf David Suardi yang berpasangan dengan Bakhsir, nomor urut dua Ketua DPRD Kota Bengkulu, Erna Sari Dewi yang menggandeng Ahmad Zarkasi dan diusung parpol Nasdem, PKS serta PPP.
Wali kota petahana Helmi Hasan dengan nomor urut tiga, ia bersama calon wakilnya Dedy Wahyudi diusulkan oleh parpol PAN, Gerindra dan Partai Demokrat. Pasangan nomor urut empat yakni wakil wali kota petahana Patriana Sosialinda-Mirza yang diusung Golkar, PDIP dan Hanura.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018