Pejabat Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, menyebutkan datangnya musim kemarau di daerah itu saat ini belum mempengaruhi dunia pertanian setempat.
Kabid Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Perikanan Rejang Lebong, Ahmad Safriansyah di Rejang Lebong, Sabtu, mengatakan musim kemarau yang melanda sejumlah daerah di Tanah Air saat ini menyebabkan banyak areal pertanian gagal panen atau puso.
"Kalau di sini belum pernah terjadi kekeringan yang ekstrem, sehingga usaha pertanian tetap berjalan, karena sesekali masih turun hujan," ujarnya.
Baca juga: Mukomuko butuh fasilitas penunjang hadapi musim kemarau
Belum berpengaruhnya musim kemarau terhadap usaha pertanian di Rejang Lebong tersebut kata dia, karena areal persawahannya mengandalkan pengairan irigasi dengan sumber air yang masih memadai, selain itu hujan juga masih sering turun dalam sebulan belakangan ini.
"Untuk kawasan sentra penghasil padi di Desa Rimbo Recap, Kelurahan Talang Benih maupun di kawasan Musi Kejalo, saat ini kebanyakan tidak lagi menerapkan musim tanam serentak sehingga setiap bulan ada yang panen dan tanam," jelasnya.
Pada sejumlah daerah yang melakukan tanam rutin ini tambah dia, indeks pertanamannya (IP) tiga kali dalam setahun, sedangkan beberapa kecamatan yang mengandalkan sistem pertanian tadah hujan seperti di Kecamatan Kota Padang, Padang Ulak Tanding dan sekitarnya dengan IP 1,5.
Sejauh ini areal sawah baku dalam 15 kecamatan di Kabupaten Rejang Lebong kata Ahmad Safriansyah, seluas 5.525 hektare, jumlah ini mengalami penurunan dari data luasan sebelumnya yang mencapai 9.000-an hektare.
Luasan riil sawah di Rejang Lebong ini diketahui setelah pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN), bersama pihaknya serta penyuluh pertanian melakukan pengukuran ke lapangan serta menggunakan Citra Satelit, sehingga data lahan pertanian ini adalah sawah produktif.***3***
Baca juga: Rejang Lebong minta akses pintu Tol Bengkulu-Lubuklinggau
Baca juga: DPRD Rejang Lebong minta Perda sampah diberlakukan
Baca juga: 15 SMA di Rejang Lebong bakal terima bantuan perpustakaan
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
Kabid Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Perikanan Rejang Lebong, Ahmad Safriansyah di Rejang Lebong, Sabtu, mengatakan musim kemarau yang melanda sejumlah daerah di Tanah Air saat ini menyebabkan banyak areal pertanian gagal panen atau puso.
"Kalau di sini belum pernah terjadi kekeringan yang ekstrem, sehingga usaha pertanian tetap berjalan, karena sesekali masih turun hujan," ujarnya.
Baca juga: Mukomuko butuh fasilitas penunjang hadapi musim kemarau
Belum berpengaruhnya musim kemarau terhadap usaha pertanian di Rejang Lebong tersebut kata dia, karena areal persawahannya mengandalkan pengairan irigasi dengan sumber air yang masih memadai, selain itu hujan juga masih sering turun dalam sebulan belakangan ini.
"Untuk kawasan sentra penghasil padi di Desa Rimbo Recap, Kelurahan Talang Benih maupun di kawasan Musi Kejalo, saat ini kebanyakan tidak lagi menerapkan musim tanam serentak sehingga setiap bulan ada yang panen dan tanam," jelasnya.
Pada sejumlah daerah yang melakukan tanam rutin ini tambah dia, indeks pertanamannya (IP) tiga kali dalam setahun, sedangkan beberapa kecamatan yang mengandalkan sistem pertanian tadah hujan seperti di Kecamatan Kota Padang, Padang Ulak Tanding dan sekitarnya dengan IP 1,5.
Sejauh ini areal sawah baku dalam 15 kecamatan di Kabupaten Rejang Lebong kata Ahmad Safriansyah, seluas 5.525 hektare, jumlah ini mengalami penurunan dari data luasan sebelumnya yang mencapai 9.000-an hektare.
Luasan riil sawah di Rejang Lebong ini diketahui setelah pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN), bersama pihaknya serta penyuluh pertanian melakukan pengukuran ke lapangan serta menggunakan Citra Satelit, sehingga data lahan pertanian ini adalah sawah produktif.***3***
Baca juga: Rejang Lebong minta akses pintu Tol Bengkulu-Lubuklinggau
Baca juga: DPRD Rejang Lebong minta Perda sampah diberlakukan
Baca juga: 15 SMA di Rejang Lebong bakal terima bantuan perpustakaan
Editor : Musriadi
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019