Perang dagang antara Amerika Serikat dan China ternyata juga berdampak langsung pada perekonomian regional, Bengkulu menjadi salah satu daerah yang merasakan dampak tersebut.

"China selama ini hasil produksinya paling besar masuk ke pasar Amerika Serikat dan Eropa, karena perang dagang ini membuat pasar hasil produksi China semakin menyempit, dan pertumbuhan ekonominya turun," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Bengkulu, Joni Marsius, di Bengkulu, Kamis.Joni Marsius

Baca juga: Kemarau dorong inflasi Bengkulu lebih tinggi

Joni mengatakan, penurunan ekonomi China membuat permintaan bahan-bahan produksi semakin sedikit dari kebutuhan biasanya, beberapa komoditas yang terdampak seperti batu bara, karet dan CPO.

"Dia tidak beli dulu batu bara, karet dan komoditas lainnya karena kondisi saat ini, sedangkan tujuan ekspor utama Bengkulu untuk komoditas tersebut adalah China, oleh karena itu terdampak langsung," kata dia.

Pada awal 2019, hasil tambang Bengkulu masih tumbuh sekitar angka 20 persen, namun memasuki triwulan ketiga ini angkanya anjlok jadi kisaran minus 10 persen.

"Beruntungnya Bengkulu masih ditopang oleh sektor konsumsi, sehingga angka pertumbuhannya tidak jauh turun dan masih berada pada perkiraan 5,0-5,20 persen (yoy) walaupun tetap akan diprediksi melambat karena pengaruh global," katanya.

Pewarta: Boyke ledy watra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019