Jakarta (ANTARA) - Hilangnya kepercayaan diri karena merasa tak cantik dengan rambut keriting dan kulit cokelat juga pernah dirasakan salah satunya oleh model asal Wamena, Papua Barat, Monalisa Sembor.
Monalisa bahkan pernah mendengar langsung komentar buruk dari orang-orang di sekitarnya gara-gara penampilannya. Dalam suatu proyek iklan misalnya, dia pernah mendapat kritik dari sesama model yang merasa tak terima dirinya terlibat di sana.
Awalnya dia hanya bisa menangis, mengadu pada Sang Maha Kuasa. Semua keluh pun dia curahkan dalam doa yang terpanjat. Dia sadar perlakuan orang-orang padanya tak terlepas dari persepsi kebanyakan orang mengenai definisi wanita cantik yang lekat dengan kulit putih dan rambut lurus.
Apa yang dirasakan Monalisa setali tiga uang dengan penyanyi Nowela Elizabeth Mikhelia Auparay. Pelantun “Kehabisan Kata”yang memiliki darah Papua itu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menerima dirinya yang juga terlahir dengan rambut keriting dan kulit cokelat.
Bahkan, usai menjuarai ajang Indonesian Idol musim kedelapan pada tahun 2014 dia masih saja sulit menerima dirinya.
“Saya sendiri butuh waktu puluhan tahun untuk menerima diri saya, bisa mencintai diri. Saya selalu lurusin rambut. Ingin jadi cantik versi yang saya lihat di televisi. Akhirnya susah menerima diri. Bahkan sesudah Indonesian Idol saya masih susah menerima diri,” ujar dia dalam Kelas Inspirasi Series 11 melalui laman YouTube PON XX Papua 2021, Minggu (26/9). Kelas Inspirasi adalah program dari PONDEMI berupa obrolan ringan penuh inspirasi dari talenta muda Papua yang mendedikasikan dirinya untuk kemajuan Papua.
Seperti halnya Nowela dan Monalisa, wanita asal Papua lainnya yakni Paideia Gratia Sumihe juga tak luput dari rasa minder dengan penampilannya. Bagi dia, rambut keriting menjadi penghalangnya tampil cantik seperti wanita pada umumnya.
Sejak masa sekolah menengah pertama hingga akhir menimba ilmu di perguruan tinggi, Gratia bisa sampai tiga kali dalam setahun pergi ke salon untuk meluruskan rambutnya. Rasa risih akan menerpanya kala rambutnya mulai kembali seperti semula. Dia mengaku tak bisa mencintai dirinya.
“Diri sendiri yang menolak. Rasa cinta diri sendiri tidak ada karena menganggap rambut keriting tidak bagus. Harus lurusin rambut supaya terlihat cantik. (teman-teman) di lingkungan selama di SMP dan SMA juga banyak yang lurusin rambut. Persepsi mereka begitu,” kata Puteri Indonesia Berbakat Provinsi Papua tahun 2009 itu.
Bangkitnya percaya diri
Baik Monalisa maupun Gratia memiliki kisah tersendiri untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Monalisa berupaya memotivasi dirinya untuk keluar dari rasa minder. Dia merasa pentingnya bersyukur pada Sang Maha Kuasa atas kesempatan hidup yang dia dapat.
Perlahan dia mulai mencintai diri apa adanya dan mulai merawatnya. Dia yakin suatu hari orang lain juga akan menghargai dirinya.
Monalisa menyadari setiap wanita mempunyai value-nya masing-masing. Dia juga ingin setiap perempuan asal Papua berpandangan serupa dengannya, saling mendukung untuk menghentikan diskriminasi yang selama ini mereka terima.
“Saya gunakan platfrom media sosial. Bagaimana menyuarakan standar kecantikan supaya anak-anak di Papua tahu, bisa percaya diri, tidak perlu ikut standar-standar yang ada. Walaupun punya kulit gelap, rambut keriting itu tetap kok cantik,”ujar dia.
Tak hanya perkara penampilan diri, Monalisa juga menaruh perhatian pada kondisi lingkungan di tanah kelahirannya yang sempat dipenuhi sampah. Dia yang kembali Papua setelah menempuh pendidikan di Yogyakarta lalu mengajak rekan-rekannya bersama warga Papua termasuk Suku Dani terlibat dalam kegiatan “Beach Clean Up” dan berbagai aktivitas serupa itu.
Hingga, Monalisa pun tergerak mendirikan sebuah komunitas dan berkembang menjadi sebuah organisasi bernama "Papua Trada Sampah" yang bergerak pada bidang peduli lingkungan.
Dia menjabat sebagai Co-Founder di organisasi yang sudah mencakup beberapa kota Papua seperti Jayapura, Wamena, Timika, Fakfak dan dalam waktu mendatang juga hadir di Manokwari.
Sementara itu, Gratia yang akhirnya sampai pada titik merasa lelah dan tak kuat menahan panasnya proses meluruskan rambut mulai berpikir mencintai diri apa adanya. Dia juga ingin orang lain berpikir serupa.
Di satu sisi, dia paham sulitnya merawat rambut keriting dan mencoba mencari cara terbaik. “Susah kalau (rambut) tidak dirawat, kusut, harus disisir bambu. Kalau tidak sisir bambu pakai minyak kelapa. Ini juga masalah. Sebagian orang tidak cocok dengan minyak kelapa. Saya termasuk. Kalau dipakai kering,” tutur dia.
Pencarian perawatan rambut terbaik mengantarkannya pada formula dalam bentuk gel racikan sendiri. Pertama-tama dia menjajal pada rambutnya dan cocok. Gratia pun menguji coba pada rambut adik dan rekan-rekannya sesama pemilik rambut keriting. Hasilnya, mereka juga merasa cocok.
Gratia membutuhkan waktu 1,5 tahun untuk menemukan formula gel itu dan baru pada tahun 2018 dia berani menjualnya ke pasaran di bawah label Gracy Curls (Natural Curly Haircare Product). Produk buatannya bukan hanya gel rambut, tetapi juga minyak rambut khusus rambut keriting dan penutup kepala. Melalui produk yang dia hasilkan, dia berharap para wanita berambut keriting bisa percaya diri dengan penampilannya.
Kisah mereka dengan rambut keriting bangkitkan kepercayaan diri
Senin, 27 September 2021 8:45 WIB 751