Denpasar (ANTARA) - Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Denpasar, Bali, dibuat menggunakan 50 persen produk lokal.
"Untuk apungnya itu buatan dalam negeri, framenya, peralatannya dari dalam negeri, tapi memang sel-nya diimpor. Tetapi ke depan masih ada ruang kita membangun, ini local contains sudah 50 persen dan akan kami tambah 70-80 persen," kata Darmawan di hadapan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Denpasar, Jumat.
Darmawan menyebut, butuh 700 miliar dolar AS atau Rp10 ribu triliun untuk transisi energi, dan jika hal itu menjadi pangsa pasar luar negeri, maka ekonomi Indonesia akan melambat.
Baca juga: PLN resmikan dua PLTS jelang KTT G20
Baca juga: Keberadaan PLTS dapat turunkan emisi gas rumah kaca
Nantinya, penciptaan lapangan kerja tidak akan terjadi di Indonesia melainkan negara-negara lain, maka itu PT PLN ingin turut menggerakkan perekonomian nasional, karena menurut Darmawan, dengan menggunakan produk lokal dalam pembangunan pembangkit, maka ekonomi Indonesia ikut terangkat.
PLTS terapung yang terdiri dari 228 solar panel ini dibangun di area seluas 0,35 hektare atau 1 persen dari luas Waduk Muara Nusa Dua, Denpasar Selatan, atau lokasi dipasangnya panel.
Darmawan menjelaskan bahwa PLTS terapung Waduk Muara Nusa Dua dibangun dalam waktu singkat yaitu 1,5 bulan atas arahan Menko Marves, dan dengan kapasitas 100 kilowatt-peak (kWp).
Baca juga: PLTS akan menjadi tulang punggung energi bersih di Indonesia
Baca juga: Pertamina operasikan PLTS berkapasitas dua megawatt di Kilang Dumai
Solar panel tersebut telah berhasil diuji coba sejak awal Oktober 2022 melalui inovasi Smart Grid, yaitu program dari transformasi PLN yang menggunakan teknologi sistem digital untuk memonitor dan mengelola pasokan energi listrik sesuai dengan kebutuhan beban.
Pembangkit surya terapung di Bali gunakan 50 persen produk lokal
Sabtu, 12 November 2022 8:08 WIB 9262