Jakarta (ANTARA) - Pakar hidrologi dan sumber daya air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Yanto Ph.D menekankan pentingnya sistem peringatan dini guna mendukung program mitigasi atau pengurangan risiko bencana banjir.
"Pengembangan sistem peringatan dini banjir serta peningkatan kualitas sistem informasi cuaca merupakan kunci utama dalam mitigasi bencana banjir," kata Yanto dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Unsoed itu menambahkan, untuk mendukung sistem peringatan dini bencana, maka dibutuhkan simulasi banjir, terutama untuk wilayah-wilayah yang rentan.
"Prakiraan banjir dan peringatan dini banjir menjadi lebih mudah dilakukan dengan bantuan teknologi informasi dan komputasi. Banyak model telah dikembangkan yang memungkinkan simulasi banjir dapat dilakukan dengan akurasi yang lebih tinggi," katanya.
Dia menambahkan bahwa teknologi informasi membuat simulasi banjir dapat dilakukan lebih cepat dan mendekati real time.
"Dengan demikian, prakiraan banjir mendekati waktu nyata (near real time) dapat dilakukan. Hal ini membantu pengambil kebijakan dalam mengeluarkan peringatan dini banjir dan berguna untuk mengurangi jumlah korban banjir," katanya.
Untuk melakukan simulasi banjir, kata dia, model banjir yang berbasis komputer harus dijalankan menggunakan masukan model.
"Tiap-tiap model memiliki sistem kerja yang berbeda. Kendati demikian, secara umum masukan model banjir berupa data hidrologi, data klimatologi, data topografi, karakteristik tanah dan penutupnya, serta data morfologi sungai. Dengan data masukan tersebut, model dapat memperkirakan besarnya debit banjir serta luasan genangan yang dapat diakibatkan oleh banjir tersebut," katanya.
Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menekankan pentingnya pemetaan daerah rawan bencana di setiap wilayah guna mendukung upaya pengurangan risiko bencana.
Muhadjir Effendy mengatakan, Kemenko PMK bersama seluruh kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah segera melakukan identifikasi daerah yang rawan bencana secara komprehensif.
Dia berharap nantinya akan ada data kebencanaan yang terpusat yang terkoordinasi dengan Kemenko PMK dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Setiap daerah akan punya data terpusat dan terkoordinasi dengan BNPB serta Kemenko PMK, sehingga sinkronisasi kebijakan dapat diperkuat dan disesuaikan kebutuhannya di setiap daerah," demikian Muhadjir Effendy.