Menempatkan Gen-Z sebagai agen pemilu bersih
Minggu, 16 Juli 2023 18:40 WIB 1433
Sebagai generasi yang terlahir di antara 1997-2012, sebagian besar mereka termasuk pemilih pemula pada Pemilu 2024. Artinya, mereka itu merupakan generasi yang belum terkontaminasi oleh perilaku-perilaku politik masa lalu, tindakan koruptif, dan politik buruk seperti politik uang, identitas, dan SARA.
Generasi Z ini juga terkenal sebagai angkatan yang sadar teknologi, pluralis, mudah berinteraksi dengan semua lapisan, tidak tersekat-sekat, tidak berpikiran sempit, dan berani dalam berbuat serta berbicara.
Dengan modal tersebut, para anak muda sangat pas untuk menjadi agen pemilu bersih, sehat, jujur, dan adil. Upaya mewujudkan pemilu bersih dan sehat berada di tangan yang tepat.
Mereka juga diyakini berani bersuara jika pemilu terselenggara tidak sesuai dengan semestinya atau ada tindakan-tindakan tercela yang menggerus pesta demokrasi. Karena, Gen-Z merupakan sosok berani dan relatif masih steril dari tindakan-tindakan politik kotor.
Baca juga: Mahfud MD: Status Ponpres Al Zaytun dalam pembinaan
Baca juga: Bawaslu: Masyarakat dipersilakan melapor jika terganggu iklan parpol
Baca juga: Mahfud MD: Status Ponpres Al Zaytun dalam pembinaan
Baca juga: Bawaslu: Masyarakat dipersilakan melapor jika terganggu iklan parpol
Namun, semua itu juga tidak akan terwujud kalau tanpa dukungan semua pihak, bahkan sebaliknya Gen Z bisa menjadi apatis terhadap politik dan pemilu.
Oleh karena itu, butuh peran dari para elite politik, parpol, dan para kandidat untuk meyakinkan generasi yang baru saja akan berpartisipasi sebagai pemilih tersebut, dengan menunjukkan bahwa politik dan pemilu itu adalah bagian penting untuk keberlangsungan negara.
Elite dan semua yang terlibat dalam pesta demokrasi harus menunjukkan dan memberikan contoh baik kepada Generasi Z. Caranya dengan memastikan pemilu bersih, sehat, dan berjalan demokratis sejak awal hingga akhir tahapan.
Oleh karena itu, sudah saatnya Generasi Z menjadi agen pemilu yang bersih, agar tidak terjerumus ke dalam praktik politik kotor, misalnya, menjadi buzzer hoaks, politik identitas, serta ujaran kebencian.