"Jumlah tersebut mencapai rataan 354 kasus per 100.000 penduduk, dari target idealnya adalah 65 kasus per 100.000 penduduk," katanya pada acara Apresiasi Studi Uji Klinis UI dan Tim TRUNCATE-TB di Jakarta, Senin.
Maxi mengatakan Pulau Jawa, Sumatera Utara, dan Sumatera selatan, diestimasi memiliki kasus TB terbesar pada tahun 2021, karena tidak seluruh kasus TB terdeteksi dan tidak seluruh kasus TB yang terdeteksi terobati dengan baik.
Baca juga: Tuberkulosis harus dianggap pandemi, kenapa?
Baca juga: Tuberkulosis harus dianggap pandemi, kenapa?
Dia mengungkapkan kasus TB yang terkonfirmasi sempat menurun pada 2021 yakni dengan 443.235 kasus, namun jumlahnya melonjak menjadi 724.309 kasus pada 2022 akibat dampak pandemi COVID-19.
"Saat ini terdapat 386.089 kasus TB yang terkonfirmasi per 18 Juli 2023," ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah memiliki berbagai program dalam penanganan TB, salah satunya adalah yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, yang salah satu targetnya adalah penurunan angka kematian menjadi enam per 100.000 penduduk pada 2030.
Baca juga: Kemenkes lacak kasus TBC hingga ke rumah-rumah
Baca juga: Kemenkes lacak kasus TBC hingga ke rumah-rumah
Untuk itu pihaknya telah melakukan berbagai upaya peningkatan akses layanan, seperti penambahan sarana atau jejaring diagnosis TB, penyediaan jumlah logistik TB yang mencukupi dan berkesinambungan, serta perluasan layanan rujukan TB resisten obat (RO).
Meskipun demikian, dia menyebutkan berbagai macam upaya yang dilakukan belum dapat mencapai target, karena banyaknya penderita TB yang belum terdiagnosis.
Oleh karena itu dia berharap agar masyarakat dapat turut terlibat dalam penanganan TB, khususnya TB RO, agar target eliminasi TB di Indonesia dapat tercapai pada 2030.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News