Jakarta (ANTARA) - Gempa Mindanao, Filipina, berkekuatan magnitudo (M) 6,6 yang terasa hingga Sulawesi Utara pada Selasa (29/10), memiliki energi setara lima hingga delapan kali bom atom.
Kepala Seksi Program dan Jasa Teknologi Balai Teknologi Infrastruktur dan Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko dikonfirmasi dari Jakarta, Rabu, mengatakan lindu sangat kuat M 6,6 di Mindanao, Filipina, kemarin melepaskan energi setara lima hingga delapan bom atom Hiroshima.
Ia menyebut estimasi patahan gempa dengan mekanisme geser yang terjadi di kedalaman sekitar 15 kilometer (km) tersebut mencapai ~35x10 km2.
Widjo Kongko meminta masyarakat terutama yang berada di wilayah utara Sulawesi tetap mewaspadai gempa-gempa susulannya. “Semoga respon berjalan baik dengan korban jiwa maupun aset yang minimal," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono menyebut total sudah tujuh korban yang meninggal pascagempa yang terjadi di sebelah selatan Filipina.
Ia menyebut gempa dahsyat di Mindanao tersebut dipicu sesar aktif yang belum dikenali. Gempa ini sudah didahului oleh gempa pembuka pada Rabu (16/10), berkekuatan M 6,4.
Setidaknya seorang anak menjadi korban, lebih dari 24 orang luka-luka. Gempa ini, menurut dia, lebih dahsyat karena mencapai intensitas VII MMI.
Gempa Mindanao yang menimbulkan kepanikan masyarakat Filipina bahkan Indonesia tersebut berpusat di 26 km timur laut Tulunan, Cotabato pada pukul 09.04 waktu setempat.
Gempa tersebut juga dapat dirasakan di sejumlah provinsi dan kota di Filipina selatan termasuk Kota Davao yang merupakan asal Presiden Rodrigo Duterte.
Setidaknya terdokumentasi kerusakan bangunan di Mabini, Davao Del Sur, Filipina.