Aktivis lingkungan dari Kanopi Hijau Indonesia mengingatkan dampak buruk krisis iklim yang membuat laju kehilangan daratan di Pulau Sumatera semakin cepat di mana hasil analisis menyebutkan 27.175 hektare daratan Sumatera hilang dalam waktu tiga tahun terakhir.

"Fakta kehilangan daratan Sumatera adalah fakta yang tak terbantahkan sebagai dampak buruk krisis iklim yang salah satunya akibat pembakaran batu bara," kata Direktur Program dan Kampanye Energi Kanopi Hijau Indonesia Olan Sahayu saat diskusi publik bertema "Krisis Iklim dan Mengecilnya Pulau Sumatera" di Simpang Lima Kota Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan akibat krisis iklim menyebabkan permukaan laut naik sehingga laju kehilangan daratan Pulau Sumatera semakin cepat dan dalam kurun 1,7 tahun daratan Sumatera telah hilang seluas 15.170 hektare atau setara dengan luas wilayah Kota Bengkulu.

Oleh karena itu, pihaknya mendesak pemerintah untuk segera menghentikan pengembangan proyek energi batu bara untuk menjadi andalan dalam pemenuhan energi listrik nasional dan mendesak pemerintah menghentikan kebijakan subsidi bagi proyek batubara.

Olan mengatakan rencana pemerintah Indonesia merealisasikan transisi energi lewat perhelatan G20 di Bali patut didukung namun harus dipastikan sistem pendanaan untuk transisi energi tidak terjebak pada solusi palsu untuk mengatasi krisis iklim seperti proyek co-firing atau mencampur batu bara dengan biomassa atau malah gasifikasi batu bara.

"Karena itu tidak akan menjadi solusi mengatasi krisis iklim justru memperparah dampak bencana krisis iklim," katanya.

Pihaknya mendorong pemerintah untuk menjalankan transisi energi dengan prinsip adil dan berkelanjutan.

Sementara itu, Koordinator Posko Puyang Ratu Sakti Yusmanilu menyebutkan bahwa dengan adanya tambang batubara telah menyebabkan kerusakan saluran irigasi hingga sumber air bersih warga di Desa Pondok Bakil Kabupaten Bengkulu Utara.

"Bahkan jalan penghubung desa kami pun dikeruk untuk diambil batu bara di bawah jalan itu dan kini kondisi jalan pengganti rusak parah dan rawan longsor," katanya.

Ia berharap pertemuan G20 yang dihadiri pemimpin penting dunia dapat menetapkan peta jalan transisi energi yang adil, berkelanjutan dan demokratis dengan mengutamakan keselamatan masyarakat.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022