"Kami meminta agar pemerintah pusat mempercepat transisi energi terbarukan di wilayah Indonesia," kata Ketua Yayasan Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar di Simpang Lima Ratu Samban, Kota Bengkulu, Senin.
Selain itu, aksi tersebut juga mendorong percepatan energi bersih yang adil dan berkelanjutan sebagai penyelamat kehidupan dari dampak krisis iklim dunia.
Aksi tersebut, kata dia, merupakan rangkaian kerja yang dilakukan pihaknya untuk menyuarakan energi batu bara dapat membunuh masyarakat yang berdampak.
Di samping itu, juga sebagai tindak lanjut dari pertemuan negara G20 di Bali beberapa waktu lalu yang sepakat membahas percepatan transisi energi dan Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi dengan cara memensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) negara dengan menutup seluruh aktivitas pertambangan di Indonesia.
"Kita menyuarakan bagaimana buruknya aktivitas tambang yang ada di Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan, sekaligus menyuarakan bagaimana dampak PLTU Batubara tidak hanya ada di Teluk Sepang tapi juga ada di Sumatera Selatan," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya ingin pemerintah untuk mempercepat menutup dan memensiunkan PLTU, meskipun pemerintah memiliki target paling lama tahun 2030.
Komitmen tersebut, katanya, harus terus dikawal oleh masyarakat dan publik secara keseluruhan.
"Kita khawatir ini akan berpindah dan dibajak oleh kelompok lain sebab solusi sudah dibuat oleh negara dan kita akan mengawalnya," demikian Ali Akbar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kanopi Hijau ajak warga Bengkulu dukung percepat transisi energi