Bupati Mukomuko Sapuan mendukung warga melakukan tradisi "Mandi Balimau" di sejumlah sungai di daerah itu sebagai simbol pembersihan diri dari kesalahan menjelang puasa Ramadhan.
"Terus terang kami pemerintah daerah mendukung tradisi ini, kenapa tidak, paling tidak membersihkan diri kita karena hari esok menghadapi Ramadhan," kata dia di Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan "Mandi Balimau" suatu tradisi, adat istiadat, budaya, serta kearifan lokal masyarakat di daerah ini.
Ia menambahkan oleh karena "Mandi Balimau" sebagai adat istiadat, budaya, dan kearifan lokal masyarakat sehingga pemerintah daerah setempat mendukung kegiatan tersebut.
Ia mengatakan dalam pelaksanaan "Mandi Balimau" di tempat terbuka, seperti sungai sebaiknya antara laki-laki dan perempuan dipisah tempatnya.
Namun, masyarakat di daerah ini, baik laki-laki maupun perempuan, bercampur bersama-sama "Mandi Balimau" di sungai di daerah ini.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mukomuko Widodo menilai "Mandi Balimau" memiliki niat dan pelajaran yang bagus supaya sebelum puasa membersihkan diri dengan cara "Mandi Balimau".
Hanya saja, kata dia, teknis di lapangan tidak memperhatikan norma tertentu atau bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan di satu lokasi atau sungai.
"Bercampur antara laki-laki dan perempuan yang tidak bagus dilakukan, maka ke depan harus diperbaiki, namun niat 'Mandi Balimau" membersihkan diri sebelum puasa," ujarnya.
Kabag Kesra Sekretariat Daerah Kabupaten Mukomuko Amri Kurniadi mengatakan ada berbagai tradisi masyarakat menjelang bulan Ramadhan, salah satunya "Mandi Balimau", doa masuk puasa, ziarah kubur, dan mengantar limau kepada mertua.
Ia mengatakan sampai sekarang berbagai tradisi menjelang bulan Ramadhan masih dipertahankan masyarakat, namun saat ini jumlah warga di daerah ini, terutama di Kecamatan Kota Mukomuko yang melakukan tradisi ini, tidak sebanyak pada masa lampau.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
"Terus terang kami pemerintah daerah mendukung tradisi ini, kenapa tidak, paling tidak membersihkan diri kita karena hari esok menghadapi Ramadhan," kata dia di Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan "Mandi Balimau" suatu tradisi, adat istiadat, budaya, serta kearifan lokal masyarakat di daerah ini.
Ia menambahkan oleh karena "Mandi Balimau" sebagai adat istiadat, budaya, dan kearifan lokal masyarakat sehingga pemerintah daerah setempat mendukung kegiatan tersebut.
Ia mengatakan dalam pelaksanaan "Mandi Balimau" di tempat terbuka, seperti sungai sebaiknya antara laki-laki dan perempuan dipisah tempatnya.
Namun, masyarakat di daerah ini, baik laki-laki maupun perempuan, bercampur bersama-sama "Mandi Balimau" di sungai di daerah ini.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mukomuko Widodo menilai "Mandi Balimau" memiliki niat dan pelajaran yang bagus supaya sebelum puasa membersihkan diri dengan cara "Mandi Balimau".
Hanya saja, kata dia, teknis di lapangan tidak memperhatikan norma tertentu atau bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan di satu lokasi atau sungai.
"Bercampur antara laki-laki dan perempuan yang tidak bagus dilakukan, maka ke depan harus diperbaiki, namun niat 'Mandi Balimau" membersihkan diri sebelum puasa," ujarnya.
Kabag Kesra Sekretariat Daerah Kabupaten Mukomuko Amri Kurniadi mengatakan ada berbagai tradisi masyarakat menjelang bulan Ramadhan, salah satunya "Mandi Balimau", doa masuk puasa, ziarah kubur, dan mengantar limau kepada mertua.
Ia mengatakan sampai sekarang berbagai tradisi menjelang bulan Ramadhan masih dipertahankan masyarakat, namun saat ini jumlah warga di daerah ini, terutama di Kecamatan Kota Mukomuko yang melakukan tradisi ini, tidak sebanyak pada masa lampau.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023