Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berada di Provinsi Bengkulu, terletak di laut lepas yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
Secara administratif, Pulau Enggano merupakan salah salah satu kecamatan dari Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, yakni Kecamatan Enggano.
Di pulau itu terdapat enam desa, Malakoni, Apoho, Meok, Banjar Sari, Kaana, dan Kahyapu. Luas Kecamatan Enggano tercatat 400,62 kilometer persegi dan luas daratan 397,18 kilometer persegi. Panjang pantainya 123,23 kilometer dan luas lautan sebesar 912.887,84 kilometer persegi.
Baca juga: Bengkulu rancang perda khusus untuk pulau terluar Enggano
Pulau Enggano merupakan salah satu daerah 3T. Konektivitas di sana belum bisa dikatakan baik, kondisi infrastruktur penghubung antardesa yang rusak, berbagai komoditas hasil alam Enggano pun jadi kesulitan untuk di diatribusikan ke Kota Bengkulu karena ruas jalan ke dermaga yang belum baik.
Merujuk Kementerian Perhubungan RI, untuk menuju Enggano dari Kota Bengkulu, bisa melalui udara, lewat Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu menuju Bandara Enggano dengan waktu tempuh sekitar 45 menit, maskapai yang beroperasi hanya penerbangan perintis.
Namun, layanan penerbangan itu baru tersedia dengan jadwal dua kali dalam seminggu. Sementara itu, akses melalui transportasi laut melalui Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu-ke Pelabuhan Malakoni atau ke Pelabuhan Kahyapu, berjarak sekitar 90 mil dengan waktu tempuh 12 jam.
Baca juga: Prof Rokhmin: Pulau Enggano prinsipnya harus pembangunan berkelanjutan
Potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang dominan yakni sisi perikanan tangkap, dengan potensi lestari wilayah perairan Enggano sebesar 3.468,97 ton.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
Secara administratif, Pulau Enggano merupakan salah salah satu kecamatan dari Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, yakni Kecamatan Enggano.
Di pulau itu terdapat enam desa, Malakoni, Apoho, Meok, Banjar Sari, Kaana, dan Kahyapu. Luas Kecamatan Enggano tercatat 400,62 kilometer persegi dan luas daratan 397,18 kilometer persegi. Panjang pantainya 123,23 kilometer dan luas lautan sebesar 912.887,84 kilometer persegi.
Baca juga: Bengkulu rancang perda khusus untuk pulau terluar Enggano
Pulau Enggano merupakan salah satu daerah 3T. Konektivitas di sana belum bisa dikatakan baik, kondisi infrastruktur penghubung antardesa yang rusak, berbagai komoditas hasil alam Enggano pun jadi kesulitan untuk di diatribusikan ke Kota Bengkulu karena ruas jalan ke dermaga yang belum baik.
Merujuk Kementerian Perhubungan RI, untuk menuju Enggano dari Kota Bengkulu, bisa melalui udara, lewat Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu menuju Bandara Enggano dengan waktu tempuh sekitar 45 menit, maskapai yang beroperasi hanya penerbangan perintis.
Namun, layanan penerbangan itu baru tersedia dengan jadwal dua kali dalam seminggu. Sementara itu, akses melalui transportasi laut melalui Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu-ke Pelabuhan Malakoni atau ke Pelabuhan Kahyapu, berjarak sekitar 90 mil dengan waktu tempuh 12 jam.
Baca juga: Prof Rokhmin: Pulau Enggano prinsipnya harus pembangunan berkelanjutan
Transportasi laut ke Pulau Enggano juga sama dengan penerbangan perintis, tidak tersedia setiap hari. Untuk jadwal normalnya, keberangkatan 2-3 kali dalam seminggu, namun baik menggunakan penerbangan perintis maupun kapal laut juga bergantung pada kondisi cuaca dan jumlah penumpang.
Karena konektivitas yang belum memadai tentunya jadi menghambat percepatan pertumbuhan di berbagai sektor di pulau terluar Indonesia yang berada di Provinsi Bengkulu itu.
Karena konektivitas yang belum memadai tentunya jadi menghambat percepatan pertumbuhan di berbagai sektor di pulau terluar Indonesia yang berada di Provinsi Bengkulu itu.
Berdandan
Pemerintah terus berkomitmen meningkatkan konektivitas melalui pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia, sebagai upaya mengakselerasi pertumbuhan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan infrastruktur yang secara masif dilakukan Pemerintah RI tidak hanya fokus di kota-kota besar atau di Pulau Jawa. Pulau-pulau terluar, daerah perbatasan, dan daerah terdepan sebagai etalase Indonesia juga ikut dibangun.
Tidak tanggung-tanggung, Pemerintah membangun berbagai infrastruktur vital untuk pulau terluar dan daerah 3T. Pulau Enggano pun mendapatkan pembangunan tersebut.
Enggano berdandan mulai dari jalan akses seluruh desa di Enggano yang dinamakan Transenggano, jalan ini dibangun sepanjang 32,82 kilometer. Kemudian, Pemerintah lewat Kementerian PUPR juga membangun tujuh jembatan total sepanjang 197 meter.
Baca juga: Pemerintah bangun jalan lingkungan pulau terluar Enggano
Baca juga: Pemerintah bangun jalan lingkungan pulau terluar Enggano
Anggaran yang dikucurkan untuk membangun jalan dan jembatan itu sekitar Rp170 miliar. Transenggano menjadi penghubung enam desa dengan satu bandara dan dua pelabuhan yang ada di sana.
Kemudian, Pemerintah juga membangun jalan lingkungan sepanjang 4 kilometer dengan anggaran Rp10 miliar, irigasi serta pengaman pantai.
Melalui Kementerian Perhubungan, Pemerintah membangun pelabuhan di Enggano. Pembangunan dan pengembangan yang tengah dilakukan, seperti penambahan panjang dermaga Pelabuhan Malakoni dari 70 meter menjadi 100 meter yang ditargetkan selesai pada 2023 ini.
Dengan pengembangan dermaga, pelabuhan Malakoni ke depannya mampu menampung kapal dengan ukuran yang lebih besar hingga 3.000 gross ton (GT).
Sementara itu, Bandara Enggano telah rampung dibangun di 2014 lalu, dan juga mendapatkan pengembangan fasilitas seperti akses jalan, maupun peningkatan fasilitas keselamatan.
Baca juga: Pemerintah lanjutkan pembangunan tahap dua jalan di Pulau Enggano
Baca juga: Pemerintah lanjutkan pembangunan tahap dua jalan di Pulau Enggano
Transenggano ditargetkan selesai pada 2024, pelabuhan dengan kapasitas tampung yang baru direncanakan sudah bisa beroperasi di 2024, pembangunan infrastruktur pendukung lainnya juga rampung di 2024 dan sebagian di 2025.
Dengan rampungnya seluruh infrastruktur vital tersebut tentunya akan memperlancar konektivitas di Enggano, produktivitas masyarakat meningkat, hasil alam pulau terluar itu jadi lebih mudah didistribusikan ke dermaga untuk diangkut ke Kota Bengkulu, begitu juga kebutuhan di Enggano, lebih mudah didatangkan dari Kota Bengkulu.
Ke depan, berbagai investasi pun siap melirik Pulau Enggano karena sudah mempunyai konektivitas yang baik.
Potensi
Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan merekap banyak sekali potensi sumber daya alam di Pulau Enggano.
Potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang dominan yakni sisi perikanan tangkap, dengan potensi lestari wilayah perairan Enggano sebesar 3.468,97 ton.
Jenis sumber daya ikan di perairan Enggano dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok besar yakni ikan pelagis besar (cakalang, tongkol, tenggiri, madidihang, tuna albakor, layaran).
Berikutnya, jenis pelagis kecil (kuwe, selar, belanak, kembung), udang (udang penaid, lobster), demersal (kakap merah, pari, kerapu, bawal, ekor kuning), dan ikan karang (Chaetodon reticulatus, C. barronesa, C. vagabundus, Zanclus cornutus dan Paracanthurus hepatus).
Baca juga: Bengkulu kerja sama dengan UNP transfer iptek untuk pulau terluar
Baca juga: Bengkulu kerja sama dengan UNP transfer iptek untuk pulau terluar
Potensi sumber daya kelautan lainnya yang bisa dikembangkan seperti budidaya ikan laut, budidaya rumput laut, lobster, dan teripang juga menjanjikan di wilayah itu.
Untuk pengembangan budi daya rumput laut, di sana ditemukan lima spesies rumput laut, dua di antaranya adalah jenis Eucheuma dan Gelidium yang merupakan jenis rumput laut yang berekonomis penting.
Budidaya ikan dengan media berbentuk keramba jaring apung juga bisa dibuat di Enggano, jenis yang dibudidayakan seperti ikan kakap, kakap merah, kerapu bebek, dan kerapu macan.
Lokasi yang cocok untuk mariculture adalah di perairan Teluk Tanjung Harapan (sepanjang tahun), perairan Teluk Labuho, perairan Teluk Kioyo, perairan Desa Kaana dan Kahyapu (tergantung kondisi musim).
Tidak hanya potensi laut, Enggano juga cocok mengembangkan perikanan air tawar melihat wilayah tersebut memiliki sejumlah sungai yang mengalir dalam kondisi yang cukup bagus. Selain itu, Hutan Mangrove Enggano juga bisa menjadi usaha pembesaran kepiting bakau.
Baca juga: UGM-UNIB gelar KKN di pulau terluar Indonesia di Bengkulu
Baca juga: UGM-UNIB gelar KKN di pulau terluar Indonesia di Bengkulu
Kemudian, dari sisi wisata, Pulau Enggano memiliki sejumlah objek wisata potensial, seperti kawasan konservasi hutan, wisata bahari, seperti selancar, snorkeling, wisata memancing, wisata selam dan pantai untuk berenang.
Di sektor perkebunan, jenis perkebunan rakyat yang berpotensi dikembangkan seperti perkebunan cokelat, melinjo, cengkeh, kelapa, buah-buahan dan kopi. Adapun dari sisi hutan, Enggano memiliki beragam jenis vegetasi hutan yang beranekaragam dan cukup bernilai ekonomis.
Di sektor perkebunan, jenis perkebunan rakyat yang berpotensi dikembangkan seperti perkebunan cokelat, melinjo, cengkeh, kelapa, buah-buahan dan kopi. Adapun dari sisi hutan, Enggano memiliki beragam jenis vegetasi hutan yang beranekaragam dan cukup bernilai ekonomis.
Dengan berlimpahnya potensi sumber daya alam di Pulau Enggano dan semakin terbukanya konektivitas, Enggano segera menjadi kekuatan ekonomi baru daerah.
Adat Budaya
Pemerintah Provinsi Bengkulu begitu memahami potensi sumber daya alam baik laut, perkebunan maupun wisata yang menarik minat investor. Investasi, roda perekonomian, pertumbuhan infrastruktur akan lebih pesat di Enggano.
Meski berdampak positif bagi perekonomian, namun tentu juga ada sisi yang membuat masyarakat khawatir yakni tergerusnya, kekayaan budaya adat istiadat setempat.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Bengkulu langsung merancang peraturan daerah khusus untuk pulau terluar Indonesia yang berada di Bengkulu, Pulau Enggano.
Perda Masyarakat Adat Enggano dirancang guna melindungi hak-hak masyarakat Enggano. Sehingga, meskipun ke depannya akan ada investasi besar-besaran di Pulau Enggano, adat budaya serta tanah masyarakat tetap menjadi milik masyarakat Enggano.
"Dengan potensi dan infrastruktur yang sudah dibangun, jangan sampai masyarakat adat Enggano malah menjadi tamu di pulau mereka sendiri, saya khawatir terjadi 5--10 tahun yang akan datang, kalau perda ini tidak berhasil kami lakukan. Karena itu kami sedang membuat sebuah peraturan daerah tentang masyarakat adat Enggano," kata Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023