Bengkulu (Antara) - Dinas Kesehatan Kota Bengkulu terus berjuang mengobati penderita HIV/AIDS atau yang biasa disebut ODHA karena mereka memilih menyendiri sehingga menyusahkan petugas melakukan pendataan.
"Stigma negatif dari masyarakat yang membuat mereka tertutup. Ini harus dihilangkan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Herwan Antoni di Bengkulu, Jumat.
Menurutnya, seharusnya ODHA menjalani pengobatan rutin sehingga penderita mampu melakukan aktivitas seperti orang sehat lainnya.
"Ada obat antiretroviral namanya, dikonsumsi rutin sesuai waktu yang ditentukan," kata pria lulusan program magister Universitas Gadjah Mada ini.
Pria kelahiran Bengkulu 42 tahun silam ini menjelaskan ODHA bisa mendapatkan obat antiretroviral (ARV) di Puskesmas atau rumah sakit secara gratis.
Dia juga mengimbau masyarakat lain agar tidak mengecap negatif ODHA demi kelangsungan hidup mereka.
Bapak tiga anak ini mengatakan, tidak semua ODHA merupakan orang-orang berperilaku menyimpang, seperti melakukan seks bebas atau mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang.
"Ada juga ibu menderita HIV/AIDS karena tertular suaminya. Mereka ini korban, dan sering dapat perlakuan diskriminatif sehingga mereka lebih menutup diri," katanya.
Olehnya, masyarakat diharapkan lebih menerima dan bersikap normal kepada ODHA dengan menjauhi penyakitnya, bukan penderitanya.
Dia juga berharap penderita HIV/AIDS juga lebih terbuka sehingga Dinas Kesehatan Kota Bengkulu menjadi lebih mudah mengakses ODHA dan memberikan pengobatan.
"Dengan itu, kita pun bisa menekan penyebaran dan mengurangi risiko penularan," ujarnya.
Hingga November 2015, di Kota Bengkulu terdapat penderita HIV sebanyak 501 orang, dan pengidap HIV/AIDS berjumlah 108 orang. Para penderita itu berada di sekitar eks lokalisasi, panti pijat, urut, dan lulur yang sering dijadikan tempat praktik prostitusi. ***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015
"Stigma negatif dari masyarakat yang membuat mereka tertutup. Ini harus dihilangkan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Herwan Antoni di Bengkulu, Jumat.
Menurutnya, seharusnya ODHA menjalani pengobatan rutin sehingga penderita mampu melakukan aktivitas seperti orang sehat lainnya.
"Ada obat antiretroviral namanya, dikonsumsi rutin sesuai waktu yang ditentukan," kata pria lulusan program magister Universitas Gadjah Mada ini.
Pria kelahiran Bengkulu 42 tahun silam ini menjelaskan ODHA bisa mendapatkan obat antiretroviral (ARV) di Puskesmas atau rumah sakit secara gratis.
Dia juga mengimbau masyarakat lain agar tidak mengecap negatif ODHA demi kelangsungan hidup mereka.
Bapak tiga anak ini mengatakan, tidak semua ODHA merupakan orang-orang berperilaku menyimpang, seperti melakukan seks bebas atau mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang.
"Ada juga ibu menderita HIV/AIDS karena tertular suaminya. Mereka ini korban, dan sering dapat perlakuan diskriminatif sehingga mereka lebih menutup diri," katanya.
Olehnya, masyarakat diharapkan lebih menerima dan bersikap normal kepada ODHA dengan menjauhi penyakitnya, bukan penderitanya.
Dia juga berharap penderita HIV/AIDS juga lebih terbuka sehingga Dinas Kesehatan Kota Bengkulu menjadi lebih mudah mengakses ODHA dan memberikan pengobatan.
"Dengan itu, kita pun bisa menekan penyebaran dan mengurangi risiko penularan," ujarnya.
Hingga November 2015, di Kota Bengkulu terdapat penderita HIV sebanyak 501 orang, dan pengidap HIV/AIDS berjumlah 108 orang. Para penderita itu berada di sekitar eks lokalisasi, panti pijat, urut, dan lulur yang sering dijadikan tempat praktik prostitusi. ***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015