Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Aliansi Pengembangan Ekonomi Kerakyatan dan Keuangan Mikro Bengkulu merencanakan pengembangan tanaman sukun sebagai pangan alternatif masyarakat Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.
"Tanaman sukun berpotensi menjadi sumber pangan alternatif selain beras bagi masyarakat di pulau terluar Enggano," kata Direktur Aliansi Pengembangan Ekonomi Kerakyatan dan Keuangan Mikro (Apekro) Haliin di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan sebagai pulau terluar yang juga terpencil, jauh dari akses komunikasi dan transportasi, membuat ketahanan pangan di daerah itu perlu mendapat perhatian.
Hal itu mendasari Apekro menggelar sarasehan dengan topik pengembangan tanaman sukun menuju ketahanan pangan, ekonomi dan budaya di Pulau Enggano beberapa waktu lalu.
"Kami mengundang kepala suku, tokoh masyarakat Enggano, akademisi, pemerintah daerah untuk membahas program ini," katanya.
Dengan fasilitas Kementerian Dalam Negeri, sarasehan tersebut menghasilkan berbagai rekomendasi antara lain mengembangkan tanaman sukun di Pulau Enggano sebagai tradisi lokal dan mempersiapkan teknologi pengolahannya.
Apalagi agroklimat Pulau Enggano sangat cocok untuk pengembangan tanaman sukun.
"Akan dilakukan juga penguatan kelembagaan lokal terutama SDM yang siap melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga lainnya," katanya.
Kepala Suku Kaitora Pulau Enggano, Rafli Zen Kaitora mengatakan Enggano selalu terbuka untuk program baru yang bermanfaat bagi masyarakat dan pulau itu.
"Kami menyambut baik tapi perlu pembinaan yang serius dalam pengolahan tanaman sukun ini," katanya.
Menurutnya, tanaman sukun sudah lama dikenal di Enggano tapi belum dijadikan pangan alternatif pengganti beras.
Selama ini kata dia jika kekurangan beras maka masyarakat biasanya menggunakan ubi untuk alternatif pengganti pangan.
Ia mengatakan tanaman sukun sangat cocok dikembangkan di Pulau Enggano untuk mengatasi kekhawatiran rawan pangan jika terjadi hambatan distribusi pangan dari Kota Bengkulu akibat faktor alam.
Pulau Enggano berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu dihuni sekitar 3.000 jiwa dengan lima suku asli yakni Kahuau, Kaarubi, Kaaruba, Kauno dan Kaitora.
Sedangkan bagi para pendatang mereka memberi suku tersendiri yang disebut Suku Kamay (pendatang). (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Tanaman sukun berpotensi menjadi sumber pangan alternatif selain beras bagi masyarakat di pulau terluar Enggano," kata Direktur Aliansi Pengembangan Ekonomi Kerakyatan dan Keuangan Mikro (Apekro) Haliin di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan sebagai pulau terluar yang juga terpencil, jauh dari akses komunikasi dan transportasi, membuat ketahanan pangan di daerah itu perlu mendapat perhatian.
Hal itu mendasari Apekro menggelar sarasehan dengan topik pengembangan tanaman sukun menuju ketahanan pangan, ekonomi dan budaya di Pulau Enggano beberapa waktu lalu.
"Kami mengundang kepala suku, tokoh masyarakat Enggano, akademisi, pemerintah daerah untuk membahas program ini," katanya.
Dengan fasilitas Kementerian Dalam Negeri, sarasehan tersebut menghasilkan berbagai rekomendasi antara lain mengembangkan tanaman sukun di Pulau Enggano sebagai tradisi lokal dan mempersiapkan teknologi pengolahannya.
Apalagi agroklimat Pulau Enggano sangat cocok untuk pengembangan tanaman sukun.
"Akan dilakukan juga penguatan kelembagaan lokal terutama SDM yang siap melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga lainnya," katanya.
Kepala Suku Kaitora Pulau Enggano, Rafli Zen Kaitora mengatakan Enggano selalu terbuka untuk program baru yang bermanfaat bagi masyarakat dan pulau itu.
"Kami menyambut baik tapi perlu pembinaan yang serius dalam pengolahan tanaman sukun ini," katanya.
Menurutnya, tanaman sukun sudah lama dikenal di Enggano tapi belum dijadikan pangan alternatif pengganti beras.
Selama ini kata dia jika kekurangan beras maka masyarakat biasanya menggunakan ubi untuk alternatif pengganti pangan.
Ia mengatakan tanaman sukun sangat cocok dikembangkan di Pulau Enggano untuk mengatasi kekhawatiran rawan pangan jika terjadi hambatan distribusi pangan dari Kota Bengkulu akibat faktor alam.
Pulau Enggano berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu dihuni sekitar 3.000 jiwa dengan lima suku asli yakni Kahuau, Kaarubi, Kaaruba, Kauno dan Kaitora.
Sedangkan bagi para pendatang mereka memberi suku tersendiri yang disebut Suku Kamay (pendatang). (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012