Bengkulu Selatan (Antaranews Bengkulu) - Enam pelajar asal SMA Negeri 2 Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, mengolah daun kelor menjadi biskuit sehat dan bergizi untuk bayi berusia 7-11 bulan.

"Biskuit ini dapat memberikan asupan nutrisi memadai untuk bayi yang berada dalam masa pertumbuhan, sebagai makanan pengganti ASI," kata Meykel Aktof salah seorang pelajar pembuat biskuit daun kelor, di Manna, Jumat.

Dia menjelaskan, pembuatan biskuit dengan bahan daun kelor itu setelah mereka membaca hasil penelitian dan jurnal ilmiah, daun kelor diketahui memiliki vitamin c sebanyak tujuh kali lebih besar dari pada buah-buahan berjenis sitrus, seperti grapefruit, lemon, limau, dan jeruk nipis.

Selain kaya akan vitamin c, kandungan protein dari tanaman bernama ilmiah Moringa oleifera ini juga tercatat tiga kali lebih tinggi daripada susu sapi, serta memiliki zat besi dan fosfor.

Baca juga: Pelajar Bengkulu Selatan ciptakan tas unik berbahan kulit maja
Baca juga: Pelajar Bengkulu Selatan kembangkan cairan herbal anti lumut bangunan

"Kita harus menemukan cara bagaimana membuat makanan lebih sehat dan lestari dengan memanfaatkan sumber daya lokal," Meykel yang saat ini duduk kelas terakhir SMAN 2 Bengkulu Selatan tersebut.

Biskuit olahan daun kelor bernama Finger Food Cookies ini, sambung Meykel, untuk setiap kemasan seberat 150 gram terdapat kandungan berupa protein 3,2 gram, karbonhidrat 16,2 gram, kalsium 46 miligram, fosfor 62 gram, vitamin A 246 miligram, dan vitamin C sebanyak 11 miligram.

"Produk ini dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebesar 150 kilokalori, atau sekitar 25 persen dari total kebutuhan energi harian," tambah dia.

Baca juga: Pelajar Bengkulu Selatan ciptakan abate herbal

Untuk saat ini, biskuit dijual seharga Rp15 ribu per kemasan. Pihak sekolah berusaha meningkatkan dan mengembangkan hasil kreativitas pelajar agar dapat memberi manfaat kesehatan bagi masyarakat.

Sementara itu guru pembimbing, Gusniarti, menyebutkan, produk biskuit daun kelor buatan para siswanya tersebut telah memenangkan medali perunggu dalam ajang Internasional Young Inventors Award (IYIA) 2018 di Bali pada 19-22 September lalu.

"Biskuit yang dibuat keenam siswa tersebut, tidak hanya untuk asupan nutrisi pada bayi, tetapi juga dapat menjadi makanan alternatif dalam mengurangi angka gizi buruk," jelasnya.

Baca juga: Pelajar Bengkulu Selatan kembangkan es krim penghambat HIV-AIDS

Pewarta: Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018