Pengunjung tempat wisata Lentera Merah, Teluk Sepang, Kota Bengkulu, Minggu petang (22/12) dikejutkan dengan penemuan bangkai penyu tak jauh dari lokasi kapal terdampar disekitar perairan Teluk Sepang.
Salah satu wisatawan yang ada di lokasi penemuan bangkai penyu, Dea Pratiwi mengatakan, bangkai penyu tersebut pertama kali ditemukan oleh warga setempat sekitar pukul 17.00 WIB. Bangkai penyu ini ditemukan sudah dalam kondisi membusuk.
Baca juga: Gubernur Bengkulu bentuk tim investigasi usut kematian belasan penyu
Baca juga: Tuntut keadilan ekologis, 4 bangkai penyu dibawa ke kantor gubernur
"Tadikan kami lagi jalan-jalan dan foto-foto disekitar bangkai kapal di Lentera Merah itu, terus lihat ada gerombolan orang disana. Pas didekatin rupanya ada penyu sudah mati. Kondisinya sudah busuk, tempurung penyunya sudah benyek," kata Dea saat dihubungi, Minggu.
Sementara itu, warga Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu, Rustam mengatakan, setelah ditemukan, bangkai penyu ini langsung ia bawa ke rumahnya untuk diamankan.
Kata Rustam, ia berinisiatif menganamkan bangkai penyu ini ke rumahnya karena khawatir jika tetap dibiarkan di lokasi penemuan akan dimakan binatang buas.
Dijelaskan Rustam, rencananya bangkai penyu ini akan diserahkan oleh warga setempat bersama Yayasan Kanopi Hijau Indonesia ke kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu untuk diselidiki penyebab kematiannya.
"Tadi saat ditemukan itu sudah hampir magrib, jadi sementara saya amankan dulu ke rumah saya. Besok rencananya akan dibawa ke kantor BKSD," jelas Rustam.
Rustam menambahkan, bangkai penyu yang ditemukan mati ini diperkirakan masih berumur sekitar 6 bulan hingga 1 tahun. Rustam enggan berkomentar lebih lanjut ketika ditanyai penyebab kematian penyu ini.
Baca juga: BKSDA Bengkulu-Lampung kirim sampel empat penyu ke laboratorium
Baca juga: Sikapi kematian penyu di Bengkulu, tim investigasi penting dibentuk
Kendati demikian Rustam menyebut bangkai penyu yang ditemukan ini adalah bangkai penyu ke-20 yang telah ditemukan mati sejak November lalu atau persisnya sejak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara Bengkulu melakukan uji coba operasi.
Sementara itu, HSE Engineer PT TLB PLTU batubara Bengkulu, Zulhelmi Burhan mengatakan, pihaknya secara konsisten terus melakukan pemantauan terhadap air keluaran di kolam air bahang. Hasilnya, air bahang ini dalam keadaan baik yakni masih dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
Zulhelmi juga mengaku pihaknya tidak mengetahui apa penyebab kematian belasan penyu secara mendadak ini, meskipun penyu itu ditemukan mati disekitar lokasi air bahang PLTU batubara Bengkulu.
"Kami juga tidak tahu penyebab kematian penyu itu, walaupun penyu itu katanya ditemukan didekat lokasi air bahang. Sekarang kami juga sedang menunggu hasil dari BKSDA, karena kami tidak punya kompetensi untuk melakukan penyelidikan kematian penyu tersebut," kata Zulhelmi saat dihubungi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
Salah satu wisatawan yang ada di lokasi penemuan bangkai penyu, Dea Pratiwi mengatakan, bangkai penyu tersebut pertama kali ditemukan oleh warga setempat sekitar pukul 17.00 WIB. Bangkai penyu ini ditemukan sudah dalam kondisi membusuk.
Baca juga: Gubernur Bengkulu bentuk tim investigasi usut kematian belasan penyu
Baca juga: Tuntut keadilan ekologis, 4 bangkai penyu dibawa ke kantor gubernur
"Tadikan kami lagi jalan-jalan dan foto-foto disekitar bangkai kapal di Lentera Merah itu, terus lihat ada gerombolan orang disana. Pas didekatin rupanya ada penyu sudah mati. Kondisinya sudah busuk, tempurung penyunya sudah benyek," kata Dea saat dihubungi, Minggu.
Sementara itu, warga Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu, Rustam mengatakan, setelah ditemukan, bangkai penyu ini langsung ia bawa ke rumahnya untuk diamankan.
Kata Rustam, ia berinisiatif menganamkan bangkai penyu ini ke rumahnya karena khawatir jika tetap dibiarkan di lokasi penemuan akan dimakan binatang buas.
Dijelaskan Rustam, rencananya bangkai penyu ini akan diserahkan oleh warga setempat bersama Yayasan Kanopi Hijau Indonesia ke kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu untuk diselidiki penyebab kematiannya.
"Tadi saat ditemukan itu sudah hampir magrib, jadi sementara saya amankan dulu ke rumah saya. Besok rencananya akan dibawa ke kantor BKSD," jelas Rustam.
Rustam menambahkan, bangkai penyu yang ditemukan mati ini diperkirakan masih berumur sekitar 6 bulan hingga 1 tahun. Rustam enggan berkomentar lebih lanjut ketika ditanyai penyebab kematian penyu ini.
Baca juga: BKSDA Bengkulu-Lampung kirim sampel empat penyu ke laboratorium
Baca juga: Sikapi kematian penyu di Bengkulu, tim investigasi penting dibentuk
Kendati demikian Rustam menyebut bangkai penyu yang ditemukan ini adalah bangkai penyu ke-20 yang telah ditemukan mati sejak November lalu atau persisnya sejak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara Bengkulu melakukan uji coba operasi.
Sementara itu, HSE Engineer PT TLB PLTU batubara Bengkulu, Zulhelmi Burhan mengatakan, pihaknya secara konsisten terus melakukan pemantauan terhadap air keluaran di kolam air bahang. Hasilnya, air bahang ini dalam keadaan baik yakni masih dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
Zulhelmi juga mengaku pihaknya tidak mengetahui apa penyebab kematian belasan penyu secara mendadak ini, meskipun penyu itu ditemukan mati disekitar lokasi air bahang PLTU batubara Bengkulu.
"Kami juga tidak tahu penyebab kematian penyu itu, walaupun penyu itu katanya ditemukan didekat lokasi air bahang. Sekarang kami juga sedang menunggu hasil dari BKSDA, karena kami tidak punya kompetensi untuk melakukan penyelidikan kematian penyu tersebut," kata Zulhelmi saat dihubungi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019