Bengkulu (ANTARA) - Kematian spesies langka dilindungi penyu masih terus terjadi di sekitar pantai Teluk Sepang Kota Bengkulu.
Rustam warga RT 14 Kelurahan Teluk Sepang, Bengkulu mengatakan pada 18 Desember dan 19 Desember dua ekor penyu kembali ditemukan mati di sekitar air bahang PLTU batu bara Teluk Sepang.
"Sejak 10 November kami hitung sudah 15 ekor penyu yang mati di sekitar PLTU dan ini belum pernah terjadi," kata Rustam, Kamis.
Penyu ke-15 ditemukan mati berjarak 100 meter dari saluran limbah PLTU. Ia juga menyaksikan dari saluran air bahang, air berbuih coklat berbau busuk terus mengalir ke laut.
Aktivis Kanopi Bengkulu, Olan Sahayu mengatakan kematian 15 ekor spesies dilindungi tersebut menjadi salah satu indikator bahwa kondisi laut di sekitar Teluk Sepang sedang tidak baik-baik saja.
Olan mengatakan lembaga Profauna ywng mengutip tulisan Wilson EG,' Mille, KL, Allsion D dan Magliocca M yang dipublikasikan di situs oceana.org memaparkan fakta cukup mengejutkan tentang fungsi penyu.
Penyu mempunyai peran penting dalam menjaga ekosistem laut yang sehat. Laut yang sehat akan menjadi habitat berjuta-juta ikan sebagai sumber protein penting bagi manusia. Bahwa Penyu memiliki peran penting untuk menjaga kesehatan laut di seluruh dunia selama lebih dari 100 juta tahun.
Peran itu antara lain menjaga fungsi terumbu karang supaya produktif hingga memindahkan nutrisi penting dari perairan ke daratan.
"Sangat beralasan jika kita mengatakan bahwa laut Bengkulu sedang tidak baik-baik saja, apalagi melihat limbah yang keluar dari salurah pembuangan air bahang PLTU," ujarnya.
Namun, sampai sekarang belum diketahui penyebab matinya 15 penyu tersebut. Yang jelas lanjut dia, kejadian ini belum pernah terjadi sebelum adanya proses uji coba PLTU batu bara Teluk Sepang Bengkulu.
"Untuk itu, kembali kami mendesak Gubernur Bengkulu untuk segera menghentikan seluruh aktivitas PLTU batu bara Teluk Sepang," ucapnya.
Sebelumnya, menjawab pertanyaan Antara terkait limbah cair PLTU Pulau Baai, Humas PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB) pemilik proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Teluk Sepang, Bengkulu Erasputranto menyebut bahwa pengukuran suhu dan pH limbah bahang yang dilakukan bersama Dinas LHK Provinsi Bengkulu hasilnya masih di bawah ambang baku mutu.
Terkait buih putih yang keluar dari saluran limbah cair menurutnya diakibatkan pengadukan air laut di shipon well yang mengandung disinfektan (chlorine), mikro organisme serta kadar garam yang tinggi.
“Namun demikian waste management kami telah mengaku pada ketentuan peraturan terkait yang berlaku,” katanya melalui surat email.
Sudah 15 penyu mati di Bengkulu
Kamis, 19 Desember 2019 22:04 WIB 4046