Bengkulu (ANTARA) - Tim investigasi kematian puluhan penyu di perairan Bengkulu ternyata selama ini belum dibentuk sesuai pernyataan yang disampaikan Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah sebelumnya.
Hal ini terungkap dari diskusi para pemangku kepentingan di Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, Senin, pagi.
Kepala Dinas LHK Provinsi Bengkulu Sorjum Ahyan mengatakan tim yang dimaksud Gubernur Rohidin Mersyah adalah tim internal.
"Memang belum ada tim investigasi yang melibatkan pihak terkait karena baru ada tim internal," katanya saat memimpin rapat di BKSDA Bengkulu-Lampung.
Ia mengatakan tim investigasi tersebut memang penting dibentuk untuk mengetahui penyebab kematian puluhan penyu yang terjadi dalam waktu berdekatan.
Rapat yang dihadiri Direskrimsus Polda Bengkulu, Kadis Kelautan dan Perikanan ini mengulas tentang kemungkinan penyebab kematian penyu.
Sementara kondisi sampel penyu yang sudah membusuk ditengarai menyebabkan pihak Balai Besar Penelitian Veteriner di Bogor dan laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) belum bisa mengeluarkan hasil uji laboratorium dan otopsi untuk mengetahui penyebab kematian penyu.
Dokter hewan BKSDA Bengkulu Erni Suyanti Musabine mengatakan, pihak laboratorium mengaku kesulitan melakukan pemotongan mikrokom atau pemotongan secara tipis bagian penyu untuk dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop.
"Saya cukup memaklumi kalau hasil uji laboratorium ini lama. Sampelnya ini sudah mati lebih dari dua atau tiga hari jadi kemungkinan lisis. Kalau untuk pemeriksaan histopat itu mungkin agak susah, tetapi kita tetap berusaha melakukannya," kata Erni dalam rapat.
Erni menjelaskan, sebanyak empat sampel penyu yang dikirimkan ke dua laboratorium itu adalah penyu yang saat ditemukan mati tidak terdapat sampah pada saluran pencernaannya. Sampel penyu yang dikirimkan ini saluran pencernaannya dalam kondisi normal.
Hal itu, kata Erni, untuk memastikan apakah kematian puluhan penyu secara mendadak di perairan Pantai Teluk Sepang, Kota Bengkulu sejak beberapa bulan terakhir ada kaitannya atau tidak dengan dugaan pencemaran limbah air bahang PLTU Bengkulu.
Dijelaskan Erni, untuk mengetahui apakah penyu yang mati ini tercemar logam berat atau tidak, pihak BKSDA Bengkulu juga mengirimkan bagian dalam perut penyu seperti saluran pencernaan, hati, ginjal dan seluruh bagian usus untuk diteliti.
Erni mengkalaim, pihaknya mengirimkan bagian dalam dan perut penyu ini dalam kondisi terbungkus dan aman sehingga tidak terjadi penguapan yang menyebabkan terkontaminasi zat kimia lain.
"Itu upaya yang sudah kita lakukan dan kita tidak bisa intervensi pihak lab. Saya tahu persis karena limbah itu banyak yang harus diperiksa jadi butuh waktu. Kami masih menunggu dari pihak laboratorium. Kita sudah lakukan pembayaran dan Insyaallah bisa cepat dikirimkan," papar Erni.
Sementara itu, Kepala BKSDA Bengkulu, Donald Hutasoit mengatakan, pihaknya tidak bisa memaksakan Balai Besar Penelitian Veteliner di Bogor dan laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk segera mengeluarkan hasil penelitian mereka terhadap sampel penyu yang dikirimkan.
Kata Donald, pengujian sampel untuk mengetahui apa penyebab kematian penyu ini bukan sesuatu hal yang mudah. Ada banyak rangkaian pemeriksaan dan penelitian yang harus dilakukan terhadap sampel yang dikirimkan.
Selain itu, sambung Donald, sebanyak dua laboratorium tempat pengujian sampel penyu ini adalah laboratorim besar dan terpercaya di Indonesia, sehingga kemungkinan ada banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan selain menguji sampel penyu dari Bengkulu.
Sementara Juru Kampanye Energi Kanopi Bengkulu, Olan Sahayu mengatakan penyebab kematian puluhan penyu ini harus diungkap dan diusut tuntas untuk disampaikan ke publik.
"Semisal bukan karena kontaminasi bahan kimia lalu apa penyebabnya harus diusut tuntas karena penyu adalah satwa langka dilindungi," ucapnya.
Tim investigasi kematian penyu belum terbentuk, tunggu uji laboratorium
Senin, 13 Januari 2020 14:46 WIB 1967