Lembaga Lingkungan Hidup (LLH) Jejak Bumi Indonesia Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan menyatakan 70 persen hutan habitat satwa di Sumsel sudah dirambah oleh masyarakat sehingga binatang buas seperti harimau masuk permukiman penduduk.
Baca juga: BKSDA imbau masyarakat OKU waspadai harimau
"Kehadiran hewan buas seperti harimau masuk perkebunan dan permukiman penduduk di sejumlah daerah termasuk di Kabupaten OKU karena habitatnya sebagian besar sudah dirambah oleh masyarakat," kata Pendiri LLH Jejak Bumi Indonesia, Ogan Komering Ulu (OKU), Hendra A Setyawan di Baturaja, Sabtu.
Menurut dia, hampir 70 persen hutan habitat satwa tersebut seperti kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Nanti, Mekakau Saka dan SM Gunung Raya sebagian besar sudah dirambah masyarakat dijadikan lahan pertanian dan perkebunan.
"70 persen sudah dirambah. Tinggal 30 persen habitat satwa," jelas Hendra.
Baca juga: Harimau kembali serang warga di Muara Enim, korban selamat
Menurut Hendra, kawasan hutan lindung khususnya di Sumatera Selatan saat ini banyak yang berubah menjadi lahan perkebunan yang diolah oleh penduduk guna meningkatkan perekonomian.
"Padahal kawasan itu yang menjadi jelajah harimau untuk mencari makanan. Karena sumber pangan tidak ditemukan lagi, akhirnya siapapun yang ketemu dalam kawasan tersebut, termasuk manusia jadi sasarannya," kata dia.
Menyikapi hal ini, ia berharap agar pemerintah daerah meningkatkan koordinasi bersama pihak terkait untuk segera mengambil sikap agar dampak rusaknya hutan lindung tidak semakin parah hingga merusak habitat satwa tersebut.
"Kami juga sering melakukan sosialisasi tentang peraturan dalam kawasan hutan lindung, pelestarian lingkungan dan edukasi kepada masyarakat di beberapa kabupaten di Sumsel agar habitat satwa tersebut tetap terjaga," ujarnya.
Baca juga: Harimau diduga masuk kampus Unsri
Baca juga: Teror harimau di Rokan Hilir, warga resah
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
Baca juga: BKSDA imbau masyarakat OKU waspadai harimau
"Kehadiran hewan buas seperti harimau masuk perkebunan dan permukiman penduduk di sejumlah daerah termasuk di Kabupaten OKU karena habitatnya sebagian besar sudah dirambah oleh masyarakat," kata Pendiri LLH Jejak Bumi Indonesia, Ogan Komering Ulu (OKU), Hendra A Setyawan di Baturaja, Sabtu.
Menurut dia, hampir 70 persen hutan habitat satwa tersebut seperti kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Nanti, Mekakau Saka dan SM Gunung Raya sebagian besar sudah dirambah masyarakat dijadikan lahan pertanian dan perkebunan.
"70 persen sudah dirambah. Tinggal 30 persen habitat satwa," jelas Hendra.
Baca juga: Harimau kembali serang warga di Muara Enim, korban selamat
Menurut Hendra, kawasan hutan lindung khususnya di Sumatera Selatan saat ini banyak yang berubah menjadi lahan perkebunan yang diolah oleh penduduk guna meningkatkan perekonomian.
"Padahal kawasan itu yang menjadi jelajah harimau untuk mencari makanan. Karena sumber pangan tidak ditemukan lagi, akhirnya siapapun yang ketemu dalam kawasan tersebut, termasuk manusia jadi sasarannya," kata dia.
Menyikapi hal ini, ia berharap agar pemerintah daerah meningkatkan koordinasi bersama pihak terkait untuk segera mengambil sikap agar dampak rusaknya hutan lindung tidak semakin parah hingga merusak habitat satwa tersebut.
"Kami juga sering melakukan sosialisasi tentang peraturan dalam kawasan hutan lindung, pelestarian lingkungan dan edukasi kepada masyarakat di beberapa kabupaten di Sumsel agar habitat satwa tersebut tetap terjaga," ujarnya.
Baca juga: Harimau diduga masuk kampus Unsri
Baca juga: Teror harimau di Rokan Hilir, warga resah
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020