Bengkulu (Antara Bengkulu) - Bank Perkreditan Rakyat Syariah Safir Provinsi Bengkulu terbaik kedua di Sumatera setelah salah satu BPRS di Bangka Belitung yang merupakan milik pemerintah setempat.
"Kita terbaik kedua dan terus akan meningkatkan pelayanan terbaik ke nasabah di Bengkulu," kata Komisaris BPRS Safir Bambang Sutrisno, ketika berkunjung ke Antara Biro Bengkulu.
Bambang yang didampingi Dirut BPRS Safir Bengkulu Amir Mukadar menjelaskan, keberhasilan menempati peringkat kedua itu tak lepas dari sumber daya manusia yang ada.
"Apa pun tempat, masalah SDM menjadi hal utama. Salah satu untuk meningkatkan kinerja dengan terus memberikan motivasi," terang dia.
Ia pun menjelaskan, salah satu pemilik BPRS tersebut, Akhmad Mukhlis Yusuf merupakan motivator yang mampu membangkitkan semangat pegawai.
"Kita juga dalam waktu dekat akan mengadakan mengadopsi pelatihan militer dan langsung ke yang berwenang. Dari sana akan banyak diambil manfaatnya," terang Bambang.
Dia juga menjelaskan, 50 persen lebih pembiayaannya adalah bergerak di sektor pertanian dan perkebunan.
"Mungkin pihak sejenis enggan untuk membiayai perkebunan dan pertanian, tetapi kami justeru lebih dari 50 persen untuk mereka," terang dia.
Namun, lanjutnya, petani atau pekebun yang meminjam dana pun diseleksi, minimal empat tahun sudah bergerak di bidangnya dan berpengalaman.
"Ada skema tersendiri bagi mereka. Alhamdulillah berjalan lancar," katanya.
Dirut BPRS Safir Bengkulu Amir Mukadar menjelaskan, asset mereka hingga kini mencapai Rp98 miliar.
"Dalam tahun ini kita akan membuka kantor cabang di Penarik, Kabupaten Mukomuko. Kemudian di Ketahun akan dibangun kantor yang selama empat tahun ini kontrak," katanya.
Hingga kini, lanjut dia, selain kantor pusat, sudah ada tiga kantor cabang yaitu di Ketahun, Curup, dan Manna, serta satu kantor kas di Pasar Panorama Kota Bengkulu.
Sedangkan nasabah, penabungnya hingga kini sudah mencapai 22 ribu lebih. (*)
BPRS Safir Bengkulu terbaik dua Sumatera
Jumat, 1 Maret 2013 17:51 WIB 7212
Mungkin pihak sejenis enggan untuk membiayai perkebunan dan pertanian, tetapi kami justeru lebih dari 50 persen untuk mereka..."