Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Jepang dan Indonesia akan bekerja sama untuk memulihkan ekonomi yang merosot akibat krisis COVID-19, salah satunya dengan mendukung rantai pasokan (supply chain)yang bertingkat.
Dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Tokyo, Senin (29/3), Menteri Luar Negeri Motegi Toshimitsu menyatakan bahwa Jepang sudah memberikan bantuan kepada perusahaan Jepang untuk memperbanyak basis produksinya.
Motegi juga menyampaikan keinginannya untuk tetap berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja dan pembangunan sumber daya manusia di Indonesia, sebuah rencana yang disambut baik oleh Menlu Retno.
Selain itu, seperti disampaikan melalui keterangan tertulis Kedubes Jepang di Jakarta, Selasa, Menlu Motegi menyampaikan rencana bantuan Jepang yang baru untuk pengadaan rantai dingin (cold chain) senilai 400 juta yen (sekitar Rp52,6 miliar) bagi Indonesia untuk penanganan wabah COVID-19.
“Selain itu, kedua menlu sepakat tentang perlunya vaksin untuk disebarkan ke seluruh dunia secara adil guna mengakhiri wabah COVID-19 dan untuk itu, melanjutkan kerja sama internasional sangatlah penting,” demikian keterangan pemerintah Jepang.
Menlu Motegi juga menyinggung tentang kemungkinan pemberian pinjaman senilai 70 miliar yen (sekitar Rp9,2 triliun) untuk penataan pelabuhan Patimban sebagai upaya meningkatkan konektivitas melalui kerja sama infrastruktur demi merealisasikan konsep kerja sama Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka serta Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik.
Menanggapi hal tersebut, Menlu RI menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang ditawarkan Jepang dan sekaligus mengutarakan keinginannya untuk memperkokoh kerja sama bidang infrastruktur dengan Jepang.
Good bilateral meeting with FM Motegi Toshimitshu of Japan @MofaJapan_en (29/03). We discussed strengthening cooperation on health, economic recovery post pandemic particularly investment, finance, infrastructure, trade and human resource development pic.twitter.com/2lZp2mVatE
— Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (@Menlu_RI) March 30, 2021
Situasi regional
Tidak hanya membahas kerja sama bilateral, kedua menlu juga bertukar pendapat tentang situasi regional secara terbuka dari sudut pandang kebijakan diplomatik secara keseluruhan menjelang Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Jepang-Indonesia (2+2), yang akan diselenggarakan pada Selasa.
Menlu Motegi telah menyampaikan keprihatinan yang serius terhadap perkembangan situasi di Laut China Timur dan Laut China Selatan, pascapemberlakuan Undang-Undang Penjaga Pantai China. Kedua menlu turut berbagi keprihatinan serius terhadap kelanjutan dan penguatan upaya untuk mengubah status-quo perairan tersebut secara sepihak dengan menggunakan kekuatan.
Selain itu, kedua menlu mengonfirmasikan pentingnya negara-negara yang berbagi nilai-nilai yang sama seperti Jepang dan Indonesia, untuk berbagi pemahaman dan memprakarsai terbentuknya ketertiban internasional yang bebas dan terbuka berdasarkan supremasi hukum untuk memelihara perdamaian, kestabilan, dan kemakmuran di masyarakat internasional.
Selanjutnya, kedua menlu telah bertukar pendapat mengenai situasi di Myanmar secara detail sambil merujuk pada perkembangan situasi setelah diadakannya telewicara antara menlu Jepang-Indonesia pada awal bulan ini.
Menlu Motegi telah mengecam keras perkembangan situasi yang telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan mencatat jumlah korban jiwa terbesar pada 27 Maret 2021. Motegi menyambut baik upaya-upaya ASEAN untuk mengatasi situasi di Myanmar dan menyampaikan rasa hormat atas kepemimpinan Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Menlu Retno menjelaskan tentang komunikasi antara negara-negara ASEAN termasuk Myanmar dan langkah-langkah yang akan diambil ke depannya. Kedua menlu telah sepakat untuk melanjutkan kerja sama secara erat demi memperbaiki situasi di negara tersebut.