Jakarta (ANTARA Bengkulu) - Ngejreng sebagai film drama keluarga tahun 1980-an, "Bonanza", dengan latar dunia koboi berusaha ngotot memikat publik global semasanya dengan melego rasa damai di tengah aksi baku tembak berlogo "Welcome to the Ponderosa".
Empat pria koboi dengan beragam usia, sebut saja Ben Cartwright yang diperankan oleh Lorne Greene sebagai kepala keluarga, dan ketiga putranya, yakni Adam (Pernell Roberts), Hoss (Dan Blocker), dan Little Joe (Michael Landon), mengesankan bahwa di tengah dunia serba dar, der, dor, milikilah hati yang damai dan nurani yang bening.
Sempat dituding sebagai "junk TV", karena film serial Bonanza dianggap sebagai kampanye kelompok tuan tanah, film itu terus dipompa sebagai kampanye mujarab memberantas kepura-puraan. Pura-pura berdamai, padahal hati mendendam. Pura-pura bersuka cita, padahal nurani doyan bohong.
Penuh kepuraan-puraan awal dari premanisme yang berbuah ketidaktenteraman. Kepura-kepuraan, meminjam narasi dunia jejaring sosial anak baru gede, dilafalkan sebagai "Aku galau, kau kuserang." Ups...begitu?
Saksikan sendiri aksi premanisme belakangan ini. Upaya tiada henti menggeledah kepura-puraan sana sini dari berbagai kasus korupsi di negeri ini seakan tercekat ketika tersembul aksi kekerasan antar manusia sebagai luapan hasrat purba dari sang makhluk citra Ilahi.
Aku galau, kau kuserang. Manusia saling membantai dan saling meluapkan kebencian dengan baku bunuh. Darah tertumpah, kolong langit basah oleh percik darah sesama.
Mereka saling berselisih paham kemudian berujar di gelanggang kata, Aku galau, kau kuserang. Kosa kata mereka tiga saja: habisi, habisi, habisi.
Baku serang kemudian baku bunuh. Dua orang dibantai di Rumah Duka Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Sekitar pukul 02.30 WIB, sekelompok orang menyerang belasan pelayat di Ruang A, Rumah Duka RSPAD. Mereka datang bersekutu dengan menumpang taksi. Mereka bersenjatakan parang. Dan, parang itu berkata-kata.
Darah lagi-lagi tertumpah. Syaiful Munif, 13 tahun, siswa kelas 6 SDN Cinere 01 Depok, Jawa Barat, ditusuk oleh Am (13) sebanyak 11 kali pada bagian vitalnya. Korban selamat, kondisi Syaiful sampai Jumat (23/2) sudah membaik. Tim medis Rumah Sakit Fatmawati menyatakan korban selamat karena kebesaran Tuhan.
Spiral kekerasan berbalut kebencian beraksi. Publik menyebutnya sebagai aksi hati galau lalu menyerang sesama. Pemimpin kelompok pemuda asal Pulau Kei, Maluku, John Kei dicokok di kamar 501 Hotel C'One, Pulomas, Jakarta Timur, Jumat malam (17/2). Ia terkait kasus pembunuhan Direktur Utama PT Sanex Steel Indonesia Tan Harry Tantono alis Ayung.
Untuk memutus aksi kekerasan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta aparat keamanan lebih aktif mengantisipasi aksi kekerasan, memberantas slogan maut pemupus nyawa
"Saya sudah menyampaikan beberapa kali, sangat ingin aparat keamanan menghentikan aksi kekerasan yang akhir-akhir ini terjadi di beberapa tempat. Laksanakan antisipasi dengan benar, tangani secara profesional, dan selesaikan itu dengan tuntas," kata Yudhoyono.
Dilancarkanlah operasi keamanan, salah satunya Operasi Kilat Jaya 2012 untuk menumpas premanisme dan membumihanguskan rasa hati yang merasa galau lalu menyerang sesamanya. Meskipun gerombolan perampok bersenjata senapan dan martil masih saja mengancam publik di kawasan bandara, pelabuhan, terminal bus, dan pertokoan.
Mengapa premanisme masih saja meneror publik? "Premanisme telah mengakar dan menjamur. Kalau polisi tidak tidak tegas dan konsisten, ini akan berlanjut dan labih brutal lagi," kata pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar.
Di Mabes polri, Kapolri Jenderal Timur Pradopo berjanji akan memberantas premanisme. "Polri tidak sanggup bertindak sendirian. Masyarakat harus ikut berpartisipasi, " kata Kapolri menegaskan.
Anatomi dari hati galau, yakni menyerang sesama atau memilih berpura-pura, itulah rumus premanisme di era jejaring sosial. Dengan menyerang penentang, mereka berusaha memperlihatkan bahwa dirinya adalah orang yang harus seakan-akan perlu dihormati, karena itu perlu formula kata-kata yang menyanjung citra diri.
Dengan menggunakan bahasa, rasa galau menyambangi sosok rentan untuk memperoleh pengakuan diri. Hasrat akan pengakuan (desire of recognition), menurut filsuf Hegel, lantas dijelaskan sebagai hasrat seseorang untuk mendapatkan pengakuan dari sesamanya, lewat kegiatan berbahasa.
Pelaku premanisme berusaha terus mendapatkan kepastian dirinya lewat kegiatan berbahasa. Sejarawan Kojeve berujar bahwa pemenuhan hasrat negativitas dalam penghancuran akan sesamanya bermuara dari krisis diri, krisis pengakuan akan diriku sebagai "aku".
Nah, premanisme bermuara dari krisis berbahasa, krisis diri yang terus mematut-matut diri di cermin yang retak, bahwa Aku galau, maka kau kuserang. "Welcome to the Ponderosa". Selamat datang di dunia Bonanza.
(T.A024/Z003)