Bengkulu (Antara Bengkulu) - Kepala Tata Usaha Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Supartono mengatakan sampel organ
gajah Sumatra (Elephas maximus Sumatrae) yang mati tidak wajar sudah
dikirim ke Balai Besar Veteriner Bogor, untuk diperiksa.
"Sampel sudah dikirim ke Bogor untuk diperiksa sehingga diketahui
pasti penyebab kematian gajah itu," katanya di Bengkulu, Senin.
Ia mengatakan pemeriksaan sampel tersebut bagian dari penyidikan untuk mengetahui penyebab kematian satwa langka itu.
Dugaan awal kata dia, gajah binaan BKSDA di Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat tersebut akibat diracun.
Saat ditemukan di pinggir Sungai Seblat, dari telinga, mulut dan
kemaluan gajah betina bernama Yanti itu mengeluarkan darah.
"Kuat dugaan mati akibat diracun," katanya.
Namun, untuk memastikan penyebab kematian gajah berusia 27 tahun
itu, BKSDA mengirimkan sampelnya ke Balai Besar Veteriner di Bogor, Jawa
Barat.
Gajah jinak tersebut ditemukan mati di pinggir Sungai Seblat
sekitar 100 meter dari kamp PLG Seblat, Kabupaten Bengkulu Utara pada
Kamis (7/11).
Pihak BKSDA mengatakan sebelumnya kondisi gajah tersebut cukup sehat dan tidak ada mengidap penyakit serius.
Kematian satwa langka ini mendapat reaksi dari lembaga Gerakan
Peduli Satwa (GPS) Bengkulu yang menuntut BKSDA mengusut penyebab
kematian gajah itu.
"Apalagi ada dugaan kuat kematian gajah itu akibat diracun, kami
mendesak BKSDA dan kepolisian agar mengusut kasus ini hingga tuntas,"
kata Ketua GPS Bengkulu Dermansyah Sianturi.
Sianturi mengatakan BKSDA harus mengevaluasi manajemen PLG Seblat, sebab kasus gajah tersebut bukan yang pertama.
"Gajah binaan yang artinya selalu diawasi bisa mati mengenaskan seperti itu, apalagi gajah liar," ujarnya. (Antara)
Sampel gajah seblat dikirim ke Bogor
Selasa, 12 November 2013 10:29 WIB 1546