Jakarta (ANTARA) - Tonga adalah negara kerajaan berpenduduk 104.494 jiwa dan kini dikuasai oleh Raja Tupou VI. Negara kepulauan ini terdiri dari 176 pulau, 36 di antaranya tidak berpenghuni. Pulau utama Tongatapu menjadi rumah bagi ibu kota Tonga, Nuku'alofa.
Di awal 2022, dunia dikejutkan oleh bencana alam dahsyat yang menimpa Tonga. Gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai yang berjarak sekitar 65 km dari Nuku'alofa meletus pada 15 Januari pukul 17.10 waktu setempat (11.00 WIB) dan menimbulkan tsunami.
Gunung itu kerap kali meletus dalam beberapa dekade terakhir. Namun letusan pada Sabtu itu begitu hebat sehingga suara dentumannya terdengar hingga ke Selandia Baru yang berjarak 2.383 km dari gunung itu.
Citra-citra satelit menangkap erupsi vulkanik ketika letusan gunung itu mengembuskan gumpalan asap ke udara sekitar 19,3 km di atas permukaan laut. Langit di atas Tonga seketika menjadi gelap oleh abu.
Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengatakan kekuatan letusan gunung itu diperkirakan setara dengan 5-10 megaton bom TNT, atau lebih dari 500 kali kekuatan bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di kota Hiroshima, Jepang pada akhir Perang Dunia II.
Pakar vulkanologi Selandia Baru Shane Cronin mengatakan bahwa data awal menunjukkan erupsi tersebut adalah yang terbesar sejak letusan Gunung Pinatubo di Filipina 30 tahun lalu.
Dampak
Letusan dahsyat dan tsunami di Tonga menimbulkan banyak kerusakan dan kerugian bagi banyak pihak, terutama warga setempat. Kerusakan paling parah dilaporkan di sepanjang pantai barat Tongatapu, di mana banyak kapal dan perahu dikabarkan telah terdampar ke daratan. Tongatapu memiliki banyak resor wisata di tepi laut Nuku'alofa.
Di pulau Atata, sekitar 8 km barat laut Nuku'alofa dan bisa ditempuh dalam 30 menit dengan perahu, hampir seluruhnya luluh lantak akibat tsunami. Di pulau Fonoifua, hanya dua rumah yang tersisa, sedangkan di pulau Mango, satu desa hancur. Resor pantai Ha'atafu di semenanjung Hihifo, 21 km arah barat Nuku'alofa, juga hancur total tersapu gelombang.
Pulau Atata dan Mango terletak sekitar 50-70 km dari gunung Hunga Tonga-Hunga Ha'apai, masing-masing memiliki penduduk 100 dan 50 orang.
Citra satelit yang diunggah Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menunjukkan adanya kerusakan sejumlah struktur di pulau Nomuka. Angkatan Laut Tonga turut melaporkan kerusakan parah di pulau Ha'apai yang terhantam gelombang setinggi 5-10 meter.
Pemerintah Tonga memastikan ada tiga korban jiwa dalam bencana erupsi dan tsunami: seorang perempuan 65 tahun di Pulau Mango, seorang laki-laki 49 tahun di Pulau Nomuka, dan seorang warga negara Inggris. Sejumlah orang juga dilaporkan mengalami luka-luka.
PBB mengatakan sekitar 84.000 orang atau lebih dari 80 persen populasi Tonga terkena imbas dari bencana tersebut dan kelangkaan bahan bakar pun tak bisa dihindari.
Tidak hanya itu. Kabel telekomunikasi bawah laut yang menghubungkan Tonga dengan belahan dunia lain juga rusak dan kemungkinan baru bisa dipulihkan dalam satu bulan atau lebih, menurut Tonga Cable Ltd.
Operator telekomunikasi Digicel mengatakan jaringan domestik berada dalam keadaan aktif dan saat ini pihaknya memusatkan upaya untuk memperbaiki sambungan internasional.
Negara di Amerika Latin, Peru, juga terkena dampaknya. Minyak dari kapal tanker di kilang La Pampilla tumpah ke laut, diduga akibat gelombang besar yang disebabkan oleh erupsi gunung di Tonga.
Pemerintah Peru mengatakan tumpahan minyak membahayakan kehidupan flora dan fauna di zona lindung dalam area seluas 18.000 km persegi di sekitar pulau dan wilayah penangkapan ikan. Menurut informasi, sekitar 6.000 barel minyak telah mencemari perairan.
Kabar WNI
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha mengatakan ada enam WNI di Tonga yang telah menjalin kontak dengan perwakilan RI di Wellington dan berada dalam keadaan selamat.
Tiga dari mereka bekerja sebagai anak buah kapal (ABK), satu orang adalah penghubung KBRI Wellington, sedangkan dua lainnya belum dipastikan profesinya.
KBRI Wellington telah menyampaikan imbauan kewaspadaan kepada seluruh WNI yang berada di wilayah akreditasinya. Pihaknya juga terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak di Selandia Baru dan Tonga untuk mengetahui kondisi para WNI di Tonga.
Bantuan
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan bahwa Tonga telah meminta bantuan darurat dan PBB terus berkomunikasi erat dengan pihak berwenang di Tonga.
Dilansir dari Xinhua, Dana Anak-anak PBB (UNICEF) juga mengirimkan bantuan peralatan mencuci, peralatan rekreasi, jeriken, ember, dan barang kebutuhan lain ke Tonga pada Jumat.
Australia dan Selandia Baru juga telah mengirimkan pesawat pemantau untuk menilai kerusakan dan melihat situasi di pulau-pulau terluar Tonga, yang jalur komunikasinya mati total.
Penerbangan pertama dari Australia dan Selandia Baru mendarat di Tonga pada Kamis (20/1) dengan pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk sanitasi dan kebersihan serta tempat berlindung, peralatan komunikasi, dan generator listrik.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan sumbangan uang tunai 1 juta dolar AS (sekitar Rp13,34 miliar) dari Australia untuk Tonga perlu diikuti dengan dukungan yang lebih substansial untuk pemulihan di negara tersebut. Ia menambahkan bahwa Selandia Baru dan Fiji juga bekerja sama dengan Tonga untuk menangani situasi pascabencana.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta mengatakan angkatan udaranya juga telah mengirim pesawat C-130 Hercules dari Auckland. Menurutnya, pengiriman bantuan akan dilakukan tanpa kontak fisik.
Seperti dilansir Xinhua, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao mengatakan Organisasi Palang Merah China (The Red Cross Society of China) memberikan bantuan darurat kemanusiaan ke Tonga dalam bentuk uang tunai sebesar 100.000 dolar AS (sekitar Rp1,43 miliar).
Kapal angkatan laut tambahan dari Australia, Selandia Baru dan Inggris juga sedang dalam perjalanan menuju Tonga untuk mengirimkan bantuan.
Dua penerbangan bantuan kemanusiaan dari Jepang dan Selandia Baru tiba pada Sabtu, setelah dua penerbangan dari Australia mendarat pada Jumat malam.
Australia dan Selandia Baru sedang mengoordinasikan upaya bantuan internasional dengan dukungan dari Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Fiji, dan Papua Nugini.
Pemerintah Tonga mengatakan "sangat berterima kasih kepada masyarakat internasional" atas bantuann mereka, termasuk dana 8 juta dolar AS (sekitar Rp114 miliar) dari Bank Dunia dan 10 juta dolar AS (sekitar Rp143,4 miliar) dari Bank Pembangunan Asia.
Kondisi Terkini
Saat ini masyarakat di Tonga terlihat mengantre untuk menggunakan layanan pengiriman uang terbatas di ibu kota, setelah dilakukan perbaikan. Sementara aksi bersih-bersih pascaerupsi masih berlangsung.
Pemerintah Tonga mengatakan air minum adalah prioritas, dan tim darurat nasional telah mendistribusikan 60.000 liter air kepada penduduk. Sebuah pabrik desalinasi di kapal AL Selandia Baru, yang mampu memproduksi 70.000 liter air bersih sehari, juga mulai mengambil air laut dari pelabuhan Tonga.
Saluran telepon antara Tonga dan dunia juga kembali terhubung pada Rabu malam (19/1), tetapi pemulihan konektivitas internet mungkin membutuhkan waktu satu bulan atau lebih.
Menurut kantor perdana menteri Tonga, masyarakat yang kehilangan rumah akibat sapuan tsunami akan dipindahkan ke Tongatapu. Sebuah rumah sakit darurat di lapangan juga telah didirikan di Pulau Nomuka setelah pusat kesehatan di lokasi itu tersapu tsunami.
Tonga mengkhawatirkan risiko penyebaran COVID-19 lewat pengiriman bantuan ke pulau yang bebas virus corona itu.
Wakil kepala misi Tonga di Australia Curtis Tu'ihalangingie menuturkan bahwa bantuan apa pun yang dikirim ke Tonga akan melalui proses karantina, dan kemungkinan tak seorang pun personel asing yang diizinkan untuk keluar dari pesawat.
Viral
Ada kisah heroik di balik benca Tonga. Lisala Folau, pria Tonga berusia 57 tahun, mengaku berenang sekitar 27 jam setelah tersapu ke lautan selama tsunami dahsyat.
Dia disebut-sebut sebagai real life Aquaman alias Aquaman di kehidupan nyata. Cerita itu lantas menjadi viral di media-media sosial.
Folau adalah warga Atata, pulau kecil terisolasi yang penduduknya berjumlah sekitar 60 orang. Dia tersapu ke perairan saat gelombang menghantam daratan sekitar pukul 19.00.
Dia bercerita dirinya sedang melukis di rumahnya ketika diberi tahu saudaranya bahwa ada tsunami. Dia kemudian memanjat pohon untuk menyelamatkan diri. Namun, saat hendak turun, gelombang kembali menyapu dirinya.
Folau mengaku dirinya terus mengambang dan kemudian perlahan-lahan berhasil berenang sejauh 7,5 km ke Tongatapu. Akhirnya dia berhasil mencapai pantai setelah 27 jam, sekitar pukul 22.00 pada Minggu (16/1) waktu setempat.