Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengingatkan wisatawan agar tak selalu tergiur penawaran paket-paket wisata dengan harga murah.
“Bahkan, tidak realistis yang ditawarkan secara digital,” ungkapnya dalam keterangan Weekly Press Briefing, Jakarta, Senin.
Seperti diketahui, terdapat kabar dari artis TikTok Kelly Courtney bersama suaminya yang mengaku ditipu oleh agen perjalanan sebesar Rp12 juta dalam perjalanan wisata selama tiga hari dua malam untuk enam paket di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Dalam hal ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat NTT serta Badan Pelaksana Otorirta Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menyelesaikan masalah dugaan penipuan oleh agen perjalanan yang bersangkutan.
“Ternyata, dilakukan oleh salah satu pegawai agen perjalanan (tersebut),” ujar dia.
Lebih lanjut, pihaknya mengingatkan agar wisatawan harus dapat memastikan legalitas agen perjalanan yang akan digunakan.
Menurut Sandiaga, penting bagi wisatawan memiliki referensi daftar agen perjalanan atau operator tur sebelum berwisata.
Saat ini, BPOLBF disebut mencatat sekitar 263 agen perjalanan resmi yang bisa dijadikan panduan rekomendasi liburan aman.
“Legalitas travel agent di Labuan Bajo dapat dicek melalui https://registration.labuanbajoflores.id/export/list-ta-to. Setelah itu wisatawan dapat melakukan registrasi online untuk melihat kapasitas destinasi yang dituju (https://registration.labuanbajoflores.id/),” jelasnya.
Selain itu, Kemenparekraf dikatakan meminta asosiasi perjalanan wisata seperti Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) agar selalu melakukan pembinaan terhadap anggotanya untuk tidak melakukan praktik tercela yang merugikan wisatawan sehingga merusak citra pariwisata Indonesia di mata dunia.
“Apalagi saat ini kita berupaya keras membangkitkan kembali sektor pariwisata yang sempat terpuruk karena pandemi (COVID-19),” kata Sandiaga.
Di era digital, ucap Menparekraf, ada sebuah fenomena di kalangan wisatawan yang cenderung memilih gaya liburan open trip (paket liburan bersama) tanpa mengenali satu sama lain dibandingkan memilih liburan mandiri atau mengikuti agenda private trip (paket liburan privat).
Sebagian dari masyarakat belum memahami secara mendalam tentang wisata open trip sehingga sering dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk memperoleh keuntungan.