Pangkalan Bun,
Kalteng (Antara) - Ekowisata Orangutan di Taman Nasional Tanjung
Puting (TNTP), Kalimantan Tengah (Kalteng), yang mulai dibanjiri turis
asing ternyata masih menghadapi ancaman dari perkebunan kelapa sawit dan
industri pertambangan emas ilegal yang mengancam habitat Orangutan.
"Lahan
perkebunan sawit sudah masuk ke Taman Nasional Tanjung Puting, sudah
sangat dekat dengan pusat rehabilitasi Orangutan. Ini mengancam
kehidupan Orangutan karena perkebunan kelapa sawit itu meniadakan
makanan Orangutan," kata Prof Birute Galdikas, peneliti Orangutan asal
Kanada yang kini sudah WNI, di Pangkalan Bun, Senin.
Umumnya pembukaan perkebunan kelapa sawit banyak membunuh Orang Utan
karena hewan itu dinilai menganggu perkebunan kelapa sawit, kata
Birute, yang telah meneliti dan hidup di Tanjung Puting selama 43 tahun.
Begitu juga dengan pertambangan emas ilegal di hulu sungai Sekonyer
yang mengakibatkan tercemarnya air sungai sehingga membuat para turis
kurang nyaman, padahal kunjungan turis, terutama turis asing makin
meningkat.
"Pada tahun 2010 ada 5.820 turis yang datang ke TNTP.
Kemudian tahun 2013 jumlah kunjungan turis mencapai sekitar 13.000
terdiri dari 8.500 turis asing dan 4.500 turis domestik. Jadi lebih
banyak turis asing yang datang ke TNTP," kata Birute.
Prof Birute mengatakan, pusat rehabilitasi Orang Utang di TNTP kini
makin terkenal sebagai objek wisata yang paling menarik di antara pusat
rehabilitasi Orangutan lainnya.
Habitat Orangutan cuma ada di
Sabah dan Sarawak, Malaysia dan Gunung Leuser Sumatera, Tanjung Puting
Kalimantan Tengah dan ada juga di Kalimantan Timur. Namun yang lokasi
yang paling eksotis adalah di Tanjung Puting.
Ia menjadikan pusat rehabilitasi Orangutan sebelum dilepas liar ke
hutan sebagai destinasi wisata agar masyarakat lokal dapat menikmati
manfaat pusat rehabilitasi Orangutan Tanjung Puting. Dengan menjadi
destinasi wisata, masyarakat lokal ikut meningkat kesejahteraannya.
"Jika masyarakat sudah terlibat dalam pariwisata di Tanjung Puting
maka mereka akan menjadi garda terdepan melawan perambahan perkebunan
kelapa sawit di lahan TNTP," kata Prof Birute.
Prof Birute Galdikas terus berjuang ke Kementerian Kehutanan dan
Kementerian Pariwisata agar terus mempertahankan keberadaan pusat
rehabilitas dan penelitian Orangutan di TNTP agar Orangutan sebagai
satwa yang dilindungi tidak mengalami kepunahan. (Antara)
Ekowisata Orangutan Tanjungputing terancam perkebunan sawit
Selasa, 18 Februari 2014 0:09 WIB 2165