Kepala Dinas Ketahanan Pangan Bengkulu, Sisardi di Bengkulu, Minggu, mengatakan bahwa akibat biaya produksi yang mahal sehingga ketersediaan barang terbatas.
Sebab saat ini harga pupuk mengalami kenaikan, seperti harga pupuk urea mencapai Rp689 ribu per karung dengan berat 50 kilogram yang sebelumnya hanya Rp350 ribu.
Kemudian jenis KCL Rp690 ribu per kilogram dari Rp390 ribu, pupuk mutiara menjadi Rp950 ribu per karung dari Rp450 ribu, ponska sekitar Rp450 ribu per karung dari Rp165 ribu serta pupuk kemasan MKP sekitar Rp65 ribu per bungkus dari Rp35 ribu.
"Harga cabai mahal disebabkan biaya produksi tinggi dan ketersediaan cabai saat ini terbatas," kata Sisardi.
Sedangkan untuk jenis obat-obatan pada tumbuhan juta mengalami kenaikan seperti, jenis reagen yang saat ini Rp25 ribu per botol yang sebelumnya hanya Rp20 ribu untuk ukuran kecil, jenis kleenup mencapai Rp135 ribu per botol dari Rp65 ribu, roundup sekitar Rp150 ribu dari Rp60 per botol serta lindomin yaitu Rp35 ribu per botol dari Rp25 ribu.
Saat ini, pihaknya tidak dapat memastikan hasil panen para petani di wilayah Provinsi Bengkulu didistribusikan di dalam wilayah Bengkulu atau keluar wilayah.
Sebab, berdasarkan hasil data yang diperoleh, beberapa wilayah di Provinsi Bengkulu seperti Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong masih memiliki ketersediaan barang namun tidak banyak seperti biasanya.
Lanjut Sisardi, Dinas Ketahanan Pangan tidak dapat melakukan pengawasan alur distribusi hasil panen petani serta tidak dapat menjamin bahwa seluruh seluruh hasil panen petani di Bengkulu dijual ke dalam wilayah.
"Sebab bisa saja hasil panen cabai di Bengkulu di jual ke wilayah lain di luar Provinsi Bengkulu dengan harga yang lebih tinggi," ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah menanam tanaman seperti cabai.
Sehingga saat harga cabai sedang tinggi, tanaman di pekarangan dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan.