Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan Hari Meteorologi Dunia momentum untuk terus berupaya meningkatkan akurasi, resolusi, penyampaian informasi, hingga perluasan jangkauan diseminasi guna mendukung layanan dalam pengurangan risiko bencana.
"Jadi itu rutin kami lakukan untuk sekaligus mengevaluasi layanan yang kami berikan kepada masyarakat," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelang Hari Metereologi Dunia yang akan jatuh pada 23 Maret di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan Hari Meteorologi Dunia juga menjadi momentum bagi masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan cuaca dalam setiap aktivitas.
"Dibandingkan lima tahun lalu, perhatian publik terhadap cuaca itu semakin meningkat. Sehingga itu menjadi tuntutan bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas layanan dari segi kecepatan, ketepatan, dan akurasi," tuturnya.
Saat ini, katanya, akurasi prakiraan cuaca publik berkisar 91-92 persen. BMKG akan terus berupaya meningkatkan akurasi tersebut.
"Jadi kalau ada yang meleset peluangnya sekitar 10 persen," ucapnya.
BMKG juga akan meningkatkan resolusi, yaitu menyampaikan prakiraan cuaca hingga level desa bahkan kelurahan pada akhir tahun ini atau pada awal 2024.
"Lima tahun lalu itu resolusinya satu provinsi satu cuaca, tapi beberapa tahun terakhir ini satu kecamatan satu cuaca. Mulai akhir tahun ini atau awal tahun depan resolusinya itu satu kelurahan satu cuaca. Jadi resolusi cuaca publik ditingkatkan," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan, BMKG memberikan layanan klimatologi sebagai informasi peringatan dini terhadap suatu penyakit.
"Jadi tidak hanya informasi iklim tapi juga mulai digalakkan beberapa tahun lalu informasi peringatan dini bahaya demam berdarah. Jadi kita melangkah ke hal-hal yang sifatnya super spesifik khusus," katanya.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan BMKG memiliki sistem peringatan dini, seperti climatology early warning system dan meteorologi early warning system.
Melalui sistem itu, BMKG menyediakan prakiraan informasi cuaca untuk hingga 10 hari, sebulan, hingga satu musim ke depan yang dilakukan dengan beberapa model dan hitungan matematis.
Ia menambahkan BMKG juga mengembangkan prakiraan cuaca berbasis dampak atau Impact-Based Forecast (IBF) merupakan informasi prakiraan cuaca yang sudah memperhitungkan potensi dampak yang akan terjadi akibat dari cuaca.
Dalam sistem itu, lanjut dia, juga disajikan rekomendasi respons atau langkah yang harus dilakukan pemangku kepentingan atau masyarakat terkait dengan dampak dinamika cuaca.
"Kalau ada hujan lebat harus ngapain, terjadi apa bisa dilihat," tuturnya.
BMKG: Hari Meteorologi momentum tingkatkan layanan guna kurangi risiko
Selasa, 7 Maret 2023 9:25 WIB 709