Sumatera Barat benar-benar membentangkan karpet merah untuk menyambut para perantau dan wisatawan yang diperkirakan datang berbondong-bondong pada libur Lebaran 1444 Hijriah/2023.
Persiapan penyambutan dilakukan sejak jauh hari, bahkan sebelum Ramadhan. Berbagai kajian dilakukan melibatkan banyak pihak, termasuk akademisi, untuk memberikan kenyamanan kepada para perantau dan wisatawan.
Pemprov Sumatera Barat sebagaimana disampaikan Gubernur Mahyeldi, jumlah perantau dan wisatawan yang akan berkunjung tahun ini diprediksi meningkat empat kali lipat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 1,8 juta orang. Perputaran uang pada periode libur Lebaran itu diperkirakan bisa mencapai Rp9 triliun.
Karena itu, pemerintah daerah harus bisa memberikan kenyamanan pada pengunjung yang datang membawa cuan itu.
Pemprov mencatat setidaknya ada tiga persoalan besar pada libur Lebaran 2022 yang perlu dijadikan pelajaran dan dicarikan solusi agar tidak terjadi lagi pada 2023, yakni soal kemacetan, soal sampah di objek wisata dan terakhir tentang keramahtamahan menyambut tamu.
Macet adalah persoalan yang paling pelik dan belum terselesaikan di Sumbar pada setiap edisi libur Lebaran. Setiap tahun postingan tentang kemacetan parah akan sangat mudah ditemukan di berbagai platform media sosial.
Kemacetan tidak hanya dikeluhkan oleh perantau dan wisatawan, tetapi juga oleh masyarakat Sumbar yang pergi berlebaran. Pemerintah daerah bersama pihak terkait bukannya tidak bekerja untuk mencarikan solusi. Penempatan petugas pada sejumlah posko dan titik-titik macet dilakukan sebagai upaya mengurai kemacetan.