Kota Bengkulu (ANTARA) - Upaya mendorong kopi Bengkulu naik kelas terus digencarkan oleh berbagai pihak, mulai dari pelaku usaha hingga pemerintah dan perguruan tinggi, menilik sejatinya Bumi Rafflesia mempunyai varian kopi khas seperti Arabika Rejang dan Mangkuraja Lebong.
Beberapa yang sudah dilakukan adalah promosi kopi khas Mangkuraja asal Kabupaten Lebong yang dikenalkan beberapa kali dikenalkan ke pasar mancanegara sehingga berkesempatan menembus pasar internasional.
Kendati begitu, kopi asal Bengkulu belum juga menjadi favorit dari para penikmat produk kafein ini. Di sejumlah coffeeshop Indonesia, kopi khas Bengkulu belum masuk daftar menu utama termasuk di Bumi Merah Putih sendiri.
Salah satu penggiat usaha kopi di Bengkulu, Sumiaty Arifin atau akrab disapa Makdang, mengatakan tetap optimistis dengan kopi asal Provinsi Bengkulu.
Ia mengatakan kopi premium asal Bengkulu telah diperkenalkan ke sejumlah negara, antara lain Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Tiongkok, India, Uzbekistan dan Pakistan.
“Khusus Uzbekistan, kami titip Kopi Dang melalui seorang dosen yang berdomisili di sana dan merupakan penikmat kopi Arabika,” kata Makdang.
Menurut dia, perlu beragam cara agar kopi Bengkulu dapat menjadi salah satu primadona Indonesia, tidak melulu kopi Gayo (Aceh), Toraja (Sulawesi Selatan/Barat), Bajawa (Nusa Tenggara Timur) dan varian-varian lainnya.
Dia sendiri kerap mempromosikan kopi dengan kemasan drip bag coffee (seperti teh celup) dan roasted bean (kopi yang sudah dipanggang) jenis premium, dengan varian unggulan Arabika Mangkuraja.
Inovasi drip bag, kata dia, dirancang khusus atas permintaan Profesor Katsuhiro Nakamura, dosen Fisika Universitas Nasional Uzbekistan, yang sempat mencicipi kopi Bengkulu saat menjadi narasumber di Universitas Bengkulu.
“Saya sangat menikmati seduhan kopi Arabika Mangkuraja. Rasanya luar biasa. Saya akan bagikan kepada teman-teman di Tashkent,” ujar Nakamura, yang berasal dari Nara, Jepang.
Drip bag coffee merupakan hasil inovasi dari metode seduh populer Jepang sejak 1990-an. Produk ini dirancang praktis dan tetap menjaga kualitas rasa, sehingga penikmat kopi tak memerlukan alat khusus.
Sebagian besar konsumen Jepang menyukai kopi siap seduh, seperti menggunakan metode V60 atau drip bag. Oleh karena itu, pihaknya langsung merancang desain kemasan khusus berisi lima sachet, masing-masing berisi 10 gram kopi Arabika gilingan medium.
Selain upaya menembus pasar internasional, dia juga aktif mengedukasi petani kopi di Bengkulu agar meningkatkan kualitas dari hulu ke hilir. Filosofi yang diusung adalah Person to Person Service, dengan pendekatan kemasan khusus skala kecil maupun pemesanan besar berbasis special request pre-order (SPARO).
Keterlibatan Unsur Kampus
Dukungan terhadap pengembangan kopi Bengkulu juga datang dari kalangan akademisi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu mendorong pengembangan usaha kopi di Kabupaten Rejang Lebong agar mampu menembus pasar nasional hingga internasional.