Pekanbaru (Antara) - Organisasi perlindungan satwa World Wide Fund for Nature (WWF) menyatakan sebanyak 24 ekor gajah Sumatera (elephas maximus) ditemukan mati sepanjang 2014 di Riau dan terakhir adalah kepala rombongan gajah liar betina yang menetap di kantong Suaka Marga Satwa Balai Raja.
"Untuk kawasan Suaka Marga Satwa Balai Raja, ini merupakan yang kedua di tahun ini. Gajah terakhir yang ditemukan mati dengan kondisi telah membusuk itu tepatnya di Desa Tengganau, Kecamatan Pinggir, Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau. Ditemukan oleh warga pada Minggu (7/12)," kata Humas WWF Wilayah Riau, Syamsidar kepada Antara di Pekanbaru, Selasa siang.
WWF mencatat sejak Januari hingga Desember 2014 ditemukan sebanyak 24 bangkai gajah dalam kondisi mengenaskan.
Syamsidar mengatakan sebanyak 17 hingga 19 dari 24 gajah itu, ditemukan mati di kawasan konsesi berdekatan dengan Taman Nasional Tesso Nilo.
Sementara sebagian ada juga gajah ditemukan mati di kawasan perkebunan sekitar Taman Nasional Tesso Nilo dan kawasan Suaka Marga Satwa Balai Raja.
Jika dirunut lebih jauh lagi, kata dia, menurut data WWF-Indonesia, sejak tahun 2004 setidaknya lebih dari 128 gajah mati di Riau dan baru satu kasus yang berhasil dibawa hingga meja hijau, yaitu kasus perburuan gading di Mahato, Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2005.
Sementara itu sejak 2011 hingga 2013, dari 38 gajah mati di Riau tidak satu pun yang dibawa ke meja hijau padahal sebagian bukti telah ditemukan di lapangan, misalnya adanya racun yang dibuktikan melalui tes laboratorium.
Di Blok Hutan Tesso Nilo menurut catatan WWF dalam kurun waktu dua tahun yakni sejak 2012 hingga 2013 tercatat 26 individu gajah mati dan sebagian besar karena diracun.
Sementara itu untuk kasus kematian ketua kelompok gajah betina yang terakhir ditemukan mati di kawasan Suaka Marga Satwa Balai Raja, Desa Tengganau, Kecamatan Pinggir, Duri, Kabupaten Bengkalis, sejauh ini belum diketahui hasil otopsinya. ***3***