Bengkulu (Antara) - Kerusakan hutan di Pulau Sumatera akan mempercepat kepunahan sejumlah flora langka, termasuk jenis Rafflesia dan Amorphopalus, kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Adi Susmianto.
"Karena sebagian besar habitat bunga langka Rafflesia dan Amorphophallus ada di kawasan hutan," kata dia, saat lokakarya regional penyusunan strategi dan rencana aksi konservasi Rafflesia dan Amorphophallus di Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan berbagai aktivitas yang intens di dalam kawasan hutan menjadi ancaman utama untuk pelestarian puspa langka itu.
Apalagi dua bunga itu dapat dikenali dan diketahui keberadaannya di satu kawasan tertentu bila dalam kondisi berbunga atau mekar.
"Sementara tidak setiap saat bunga Rafflesia atau Amorphophallus itu mekar, sehingga ini menambah ancaman di habitatnya," ucapnya.
Dalam penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Rafflesia dan Amorphophallus yang digelar di Bengkulu, ia mengatakan ada tiga aksi yang diharapkan mampu melestarikan Rafflesia dan Amorphophallus.
Tiga aksi tersebut yakni konservasi "insitu" atau pelestarian di habitat asli, konservasi "ekssitu" atau pelestarian di luar habitat serta serta penyadaran masyarakat atau "public awareness".
Ia mengatakan strategi dan rencana aksi konservasi tersebut disusun oleh para pihak, termasuk peneliti bunga Rafflesia dan Amorphophallus dari perguruan tinggi.
Tidak hanya itu, aspirasi kelompok pelestari bunga Rafflesia dan Amorphophalus juga ditampung dalam strategi dan rencana aksi tersebut, salah satu contohnya adalah rencana pemberian insentif bagi pemelihara puspa langka.
"Perlu juga mengakomodir masyarakat yang memiliki lahan habitat bunga langka yang berada di luar kawasan hutan, memberikan insentif agar mereka melestarikan bunga yang hidup di atas lahannya," tutur dia.
Dokumen SRAK tersebut diharapkan menjadi rujukan nasional dalam pelestarian dan pemanfatan puspa langka Rafflesia dan Amorphophallus yang akan diluncurkan saat Simposium Internasional Rafflesia dan Amorphophallus di Bengkulu pada September 2015.
Peneliti Rafflesia dari Universitas Bengkulu Agus Susatya mengatakan ada lebih 12 jenis Rafflesia di Indonesia dan 10 jenis terdapat di Pulau Sumatera.
"Kerusakan kawasan hutan menjadi penyebab utama ancaman kepunahan bunga langka ini, sementara pengembangan secara eks situ atau di luar habitat sangat sulit," ucap dia.
Hal ini dibenarkan peneliti habitat Rafflesia dari Kebun Raya Bogor Sofie Mursidawati. Ia mengatakan pernah memindahkan inang Rafflesia dari Pangandaran Jawa Barat pada 2004, dan baru berhasil mekar untuk pertama kali pada 2010.
"Baru satu jenis yaitu Rafflesia padma. Saya sudah mencoba untuk jenis Rafflesia arnoldii, tapi sepertinya lebih rumit dari semua jenis Rafflesia, ukuran arnoldii yang paling besar," ungkapnya. ***3***