Buenos Aires (Antara/Reuters) - Pemain depan Argentina Carlos Tevez meninggalkan Juventus setelah selama dua musim ia menghidupkan kembali karirnya dan kemudian kembali bergabung dengan Boca Juniors, klub di mana ia memulai karirnya dan hingga saat ini tetap menjadi tokoh di klub itu.
Pemain berusia 31 tahun itu akan memotong kontrak tiga tahunnya dengan Juventus meskipun musim lalu ia tampil luar biasa dengan membantu mereka memenangkan Serie A dan Coppa Italia serta mencapai final Liga Champions, mencetak 29 gol di semua kompetisi.
Boca Juniors mengumumkan perpindahan itu di website mereka sementara Tevez masih bermain untuk Argentina di Piala Amerika. Mereka berlaga di babak perempat final melawan Kolombia pada Jumat malam.
Tevez menjadi algojo penentu saat Argentina menang 5-4 dalam drama adu penalti menyusul hasil imbang 0-0.
Meskipun pemain Amerika Selatan terbiasa pulang kandang untuk kelanjutan karir mereka, langkah Tevez ini tidak biasa karena ia kembali saat di puncak penampilannya ketimbang menunggu sampai pertengahan usia 30-an.
Presiden Boca Juniors Daniel Angelici mengatakan Juventus dan Boca sudah menyetujui persyaratan yang diperlukan dan akan menyelesaikan transfer "dalam beberapa jam ke depan."
"Ini adalah hari yang bahagia dan sangat memuaskan," kata Angelici dalam sebuah pernyataan.
"Kembalinya Carlos Tevez, pada saat yang luar biasa dalam karirnya, adalah berita fantastis untuk semua anggota dan penggemar Boca, dan juga untuk sepak bola Argentina."
"Kehadiran Carlos akan memberikan skuad tambah berkualitas. Antara kami, direksi, staf pelatih, pemain dan fans, kami akan membangun kesuksesan olahraga Boca yang layak."
Tevez menghabiskan tiga tahun di Boca dari 2001 dan 2004, dan melanjutkan bermain untuk Corinthians, West Ham United, Manchester United, Manchester City dan Juventus, di mana ia telah menghabiskan dua musim terakhir.
Tevez tiba di Juventus dengan reputasi sebagai pengacau dan telah jatuh popularitasnya baik di mantan klubnya Manchester City maupun Argentina.
Tapi selama dua tahun di Turin telah mengubah Tevez kembali ke awal karirnya, pemain depan yang cepat, berpikir cepat dan naluri gol membuatnya menjadi mimpi buruk bagi tim lawan.
Ketika Tevez bergabung dengan Juventus, ia terasing setelah peristiwa empat musim penuh di City dimana ia menolak untuk pemanasan selama pertandingan Liga Champions di Bayern Munich.
Dia juga dijauhi oleh pelatih Argentina Alejandro Sabella, yang tidak pernah memilih dia selama tiga tahun untuk bermain di tengah spekulasi bahwa ia dianggap terlalu banyak pengaruh yang mengganggu.
Setelah menghilang di Piala Dunia 2014, Tevez sejak itu dipanggil Gerardo Martino yang menggantikan Sabella.