Mukomuko (Antara) - Para petani kebun kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, sejak harga komoditi perkebunannya anjlok bekerja sampingan menjadi penyelam lokan (kerang besar) yang hidup di sungai air tawar untuk di jual ke pasar tradisional di wilayah itu.
Petani kelapa sawit dari Desa Tanah Rekah Era Nardi di Mukomuko, Minggu, mengatakan puluhan petani kelapa sawit di desanya dan Desa Tanah Harapan bekerja sampingan menjadi penyelam lokan.
Karena, katanya, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan karet turun. Sehingga aktivitas petani beralih bekerja sampingan sebagai penyelam lokan dan hasilnya dijual ke pasar.
Selain itu, katanya, petani sawit setempat juga menjadi penyadap getah karet karena harganya lebih tinggi dibandingkan harga buah sawit.
Ia mengatakan, kondisi ini sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir. Pendapatan petani sawit yang punya lahan seluas satu hektare biasanya sebesar Rp1 juta per bulan, sekarang turun menjadi Rp500.000 per bulan.
Begitu juga dengan harga getah karet yang dipanen sebanyak 100 kilogram per bulan dari biasanya dapat uang sebesar Rp1 juta sekarang Rp500.000.
Dia mengakui, dalam kondisi sekarang ini petani kesulitan untuk membayar utang di bank. Tetapi mereka tetap mengupayakan agar utang tetap dibayar.
"Memang utang piutang memberatkan petani. Karena kewajiban tetap juga dipenuhi. Harapannya harga sawit dan karet kembali normal," ujarnya.
Ia menyebutkan, harga jual TBS kelapa sawit petani setempat sebesar Rp600 per kilogram. ***3***