Bengkulu (Antara) - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Abu Bakar mengatakan, perambahan kawasan hutan membuat jalur jelajah gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatrae) di wilayah Bengkulu semakin sempit dan mengancam kelestarian satwa dilindungi itu.
"Jalur jelajah gajah di kawasan hutan produksi dan hutan produksi terbatas semakin sempit karena meluasnya perambahan hutan untuk dijadikan kebun," kata Abu Bakar di Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan, dua kawasan hutan yang dialihfungsikan menjadi kebun oleh masyarakat antara lain Hutan Produksi (HP) Air Rami dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Lebong Kandis.
Kedua kawasan hutan tersebut merupakan "rumah" bagi gajah liar yang hidup di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko.
"Kedua kawasan ini berdampingan dengan Taman Wisata Alam Seblat yang menjadi pusat pelatihan gajah. Kondisi saat ini, perambahan membuat jalur jelajah terputus dan konflik tidak terhindarkan," kata dia.
Abu menambahkan, pengelolaan kedua kawasan hutan yakni HP Air Rami dan HPT Lebong Kandis menjadi kewenangan pemerintah daerah.
Pihak BKSDA Bengkulu memperkirakan puluhan gajah liar masih tinggal di HP Air Rami. Bila jalur jelajah atau home range gajah tersebut menuju TWA Seblat terganggu maka konflik tidak dapat dihindarkan.
Khusus untuk TWA Seblat seluas lebih 7.000 hektare berada di bawah pengelolan BKSDA Bengkulu yang dikembangkan untuk ekowisata yang bertujuan melestarikan habitat gajah Sumatera. ***4***
BKSDA: Jalur jelajah gajah makin sempit
Jumat, 19 Agustus 2016 8:30 WIB 1764